Sunday, December 2, 2012

Ai wa amaidesu ( 愛は甘いで)


PROLOG
Saat pertama kali airin sekolah, ia selalu di bully oleh teman temannya. Karena airin tak tahan dengan sikap teman-temannya itu, akhirnya dia menjauhi teman temannya. Di stiap jam istirahat,dia selalu memakan bekalnya sendirian. Dia baru menyadari bahwa ada murid yang bernasib sama dengannya.... 


 CERITA I:
          PERTEMUAN PERTAMA

Hallo! Aku Airin . Aku murid kelas X. Sekolah seika-high school itu benar benar menyebalkan! Aku sudah memohon kepada kedua orang tuaku untuk memindahkanku ke sekolah yang lain. Tapi, mereka melarangku. Mungkin karena aku tidak usah mengeluarkan biaya. Karena, aku bisa bersekolah disini karena biasiswa dari sekolah lamaku. Ditambah lagi,Aku adalah murid yang paling sering di Bully! Menyebalkan sekali!! Belakangan ini, aku selalu melihat anak yang selalu menyendiri.

    Aku melihat keArah anak yang duduk di pojokan sambil menopang dagunya.
Aku benar-benar penasaran dengan anak ini, kenapa dia menyendiri? pasti ada menyebabnya. Kataku dalam hati.

"Bu Tania datang!!" Teriak ketua kelas kami, Rita.Semua kelas langsung menjadi sunyi dan semua murid buru-buru duduk di tempatnya masing masing. Ketua kelas kami menyiapkan kelas dan duduk rapih.

    "Baiklah..Kumpulkan PR kalian" Kata Bu Tania. Seperti biasa,jika ada guru yang berkata seperti itu,pasti akan ada banyak murid yang dihukum.  

  "Kalian ini bagaimana sih!! Padahal Ibu Sudah kasih waktu 1 minggu!! Apa kalian ingat 'KAPAN IBU MEMBERIKAN PR INI??" Tanya bu Tania kepada seluruh kelas sambil melotot ke arah anak-anak yang di hukum. Murid yang melihat itupun langsung ketakutan.

  "Senin yang lalu bu." Jawab seluruh murid serempak.

  "Dan sekarang hari apa??" Tanya bu Tania.

  "Senin Bu." kata mereka serempak.

  "Berarti, Berapa hari ibu memberikan kalian waktu itu mengerjakan PR??" Tanya bu Tania lagi.

"1 Minggu Bu." Jawab mereka serempak.

"Lalu kenapa kalian tidak memanfaatkan waktu yang berharga itu untuk mengerjakan tugas!?" kata bu Tania dengan nada tinggi kepada anak-anak yang berdiri di depan kelas.

"Lupa bu...."
"Kalian ini! kenapa kalian melakukan kesalahan yang sama berkali-kali? Padahal ibu sudah memberi waktu untuk mengerjakan pr dalam jangka panjang!" Suasana kelas pun berubah menjadi sunyi. Bu Tania menghela nafas panjang sambil menggelengkan kepalanya.

"Ibu tidak mau tau, Pokoknya kalian harus berdiri di luar kelas sampai jam istirahat dengan mengangkat 1 kaki!" Kata bu tania .Dengan lemas anak-anak nakal itu pun berdiri di depan kelas dan
mengangkat kaki 1. 

"Kalian harus mengangkat kaki kalian sampai jam istirahat!! Jika ada yang tidak mengangkat kakinya, ibu akan memberi kalian hadiah. KALIAN TIDAK BOLEH IKUT PELAJARAN SAMPAI PULANG!!!!" Kata bu tania.
   GLEK! Anak-anak nakal yang dihukum itu pun menelan ludah dan melaksanakan apa yang di perintahkan Bu Tania. Dari luar, terdengar percakapan antara dua orang.

Orang pertama: "Hey, kau jangan duduk! kata bu Tania kau harus tetap seperti ini."
Orang Kedua   : "Tidak apa apa, Lagipulakan Bu Tania tidak mengetahuinya."

Tanpa di sadari, ternyata bu Tania sudah ada di depan pintu sambil menghentakan kakinya kelantai berulang-ulang.
"Tadi ibu bilang apa hah?!" Kata bu Tania sambil melotot. Kedua anak bandel itupun langsung diam dan fokus pada pekerjaan mereka masing masing. Melihat kejadian itu, kami semua pun langsung tertawa pelan kemudian menahan tawanya karena takut di hukum oleh guru 'killer' kami ini.


TENG...TENG...TENG...


Semua murid pun langsung berhamburan ke luar kelas termasuk anak anak badung itu. Hampir seluruh anak di kelasku tertawa dan ada juga yang menahan tawanya lalu pergi ke kantin, Tapi aku tetap di kelas seperti biasanya. Anak-anak nakal itu merengut lalu berlalu. Lalu Aku pun menghampiri anak yang masih menopang dagunya itu.
"Hey, Siapa namamu? Kenapa kau tidak istirahat? dan kenapa kamu selalu menopang dagumu?" Kataku memulai pembicaran kemudian menjulurkan tanganku kepadanya.

   " Kamu sendiri kenapa gak istirahat bareng yang lain? Namaku Andi.Memangnya kenapa?" Katanya sambil tersenyum malas lalu memalingkan muka.

  "Huuu... Akukan hanya bertanya. Itu rahasia! Ya.. gak apa-apa sih, Akukan cuma mau tau." kataku. aku pun merengut ke arahnya dan memasang muka malas. Dia tidak menggubrissnya sama sekali. Bahkan, dia sama sekali tidak menoleh ke arahku.

"O,iya, Kamu masih belum jawab pertanyaanku ." Kataku menagih pertanyaanku yang belum ia jawab sama sekali.

"Pertanyaan apa?" Katanya dengan nada malas. Aku pun terlonjak dan memasang muka malas. Kemudian ia melirikku, lalu memasang muka ngeri karena melihat mukaku. Aku yang melihat itu pun sdikit bingung. Memangnya ada apa dengan mukaku??.Tanpa Ba-Bi-Bu lagi, aku pun langsung menarik tangannya.

"Ke Kantin yu! kamu bawa uangkan??" Kataku sambil berusaha membangkitkannya dari tempat duduknya yang seperti lem itu.

"Aku Bawa Bekel ko, Jadi, gak usah jajan lagi." Kata Andi dengan nada malas.

"Tapi, kamu bawa uangkan?" Kataku yang masih berusaha menariknya dari kursi ber'lem' itu. 

"Iya"  jawab Andi singkat. Sedangkan aku masih berusaha menariknya.

  "Arghhh!! Susahnya!! Hey! Ada apa dengan kursimu!? kenapa kamu susah sekali untuk bangun!?" Kataku yang masih kesusahan untuk membangunkan si anak malas ini dari kursinya. Andi pun bangkit dari kursinya sedangakan aku terpental.

 "Kamu ini gimana sih! Aku udah susah payah menarik kamu. Tapi kamu malah pentalin aku!" Teriakku yang berada 5cm lebih jauh dari dia.

 "Hahahaha.. maaf-maaf." kata Andi sambil menggaruk-garuk kepalanya.

 "Oh iya, tadi nama kamu siapa? Aku lupa?" Kata andi lagi dengan muka tidak bersalah.

 "Aku Airin. Masa bisa lupa secepat itu?!" kataku sdikit kaget.

"Hahahha.. Tadi, aku agak males jawabnya. Kamu bawa bekelkan? Makan bareng yu" Kata Andi.

"Boleh aja.. Udah lama aku gak pernah makan bekel bareng temen sekelas"

"Bagus! Kutunggu di kantin ya.. Daah" Kata Andi sambil bergegas ke kantin. Aku pun melihat ke arahnya yang sedang berlari ke kantin.

Aneh.. sepertinya ada yang janggal ya? apa dia meninggalkan sesuatu? . Aku pun melihat mejanya. Ternyata, bekalnya tertinggal!
Dasar.. padahal, dia yang mengajakku memakan bekal, Tapi, bekalnya sendiri tertinggal di kelas. Aku pun mengambil bekalnya lalu mengambil bekalku dan pergi ke kantin. Di kantin, Semua anak menatap ke arah Andi dengan muka ngeri. Aku pun berjalan ke meja Andi. Aku melihat anak-anak yang melihat ke arahnya itu seperti melihat monster buas yang akan memakan mereka 1 per 1.

Aneh sekali.. apa jangan-jangan Andi itu anak yang paling di takuti di sekolah ini? Menurutku dia tidak ada seram-seramnya. Kataku dalam hati sambil membanding-bandingkan Andi dengan monster buas . Setelah sampai di tempat dudukku dan Andi, Aku langsung berbisik kepadanya tentang apa yang baru saja aku lihat barusan.
"Tenanglah.. Itu hanya hal biasa.. Sekarang, kau tahukan kenapa aku selalu menyendiri dikelas??" Katanya. Lalu ia menghela nafas dan tersenyum simpul.

"Aku tidak akan paham jika kau tidak menjelaskannya secara detai!"Kataku setengah berteriak. Anak-anak yang ada di sekeliling kami menghiraukannya karena takut kepada A-N-D-I.

"Aku juga tidak paham dengamu." Katanya dengan nada datar kemudian duduk ke arah lain.

"Maksudmu?"

"Sudahlah... Kau tidak akan mengerti. Ini urusanku, bukan urusanmu.."

"Hhh.....!!!" Aku menggerutu disitu, sedangkan Andi tidak memperdulikannya sambil meminum Coca-cola yang ia pesan. Aku pun menghela nafas panjang.

"Baiklah! Aku kalah! Kita lewatkan pembicaraan yang tadi. Ini, Bekalmu tertinggal di kelas." kataku sambil menyerahkan bekalnya yang tertinggal di kelas.

"Ngomong-ngomong, Kotak bekalmu lucu juga ya" Kataku sambil menahan tawa dan melirik kotak bekalnya.

"Memangnya ada apa dengan kotak bekalku!?" Katanya dengan nada tinggi sambil menggebrak meja sekeras mungkin. Tak sengaja aku tertawa selepas mungkin.. Sampai-sampai, aku tidak bisa mengontrol tawaanku. Semua anak melirik ke arahku dengan bingung. Aku langsung menghentikan tawaanku pada saat aku sadar bahwa semua anak mendelik ke arahku. Aku langsung salah tingkah. Dan sekarang, giliran Andi-lah yang tertawa. Aku langsung merengut.

"Huh! CURANG! Kenapa kamu tidak di delik sama sekali dan di pandangi sepertiku!?" Pekikku.

"Salah sendiri kenapa menertawakanku?" Ejeknya lalu menjulurkan lidahnya. Aku mendengus kesal. lagi lagi aku yang kena batunya! Argh!! Aku benar benar kesal sekali! Lagi-lagi aku merengut kesal. Andi yang melihat itu hanya tersenyum.

"Sudahlah... yang tadi lewatkan saja... makan bekel yu, nanti mekar lho!" Kata Andi dengan nada lembut.

10 menit kemudian..

Suasana menjadi hening... Aku mendelik ke arah Andi, Kemudian andi melirik ke arahku... Lama kelamaan kami berpandangan... Ntah kenapa aku seperti ingin cepat-cepat pergi dari tempat itu. Mukaku memanas dan kemudian aku memalingkan mukaku. Andi langsung menuju ke kursiku.

Aku melihat Andi yang makin lama makin mendekat ke arahku. Mukaku makin memanas ketika ia sudah ada disampingku dan duduk di sampingku. Aku langsung memalingkan mukaku, Aku pun memberanikan diriku untuk memandanginya. Dia melihat mukaku yang memerah dengan bingung.

"Kenapa mukamu memerah??"

"I-itu bukan urusanmu!" kataku sedikit gugup. kemudian dia kembali ke tempat duduknya.

"Hmm.. Kurasa kau harus ke dokter"

"I-itu tidak perlu! Lagi pula,i....inikan hanya memerah di muka dan tidak bersifat sementara!" Kataku lalu memalingkan mukaku. Aku masih gugup berbicara di depannya. Aku pun menghela nafas panjang kemudian berbalik ke arahnya.
"Benarkah?? Aku hanya mengingatkanmu karena aku khawatir kau terkena Cacar, Dan yang paling kukhawatirkan aku takut kalau aku tertular nantinya" Katanya santai.

"Ma...Mana mungkin aku mengidap menyakit itu lagi?? Dulu, pada saat aku masih TK aku sudah pernah
terkena penyakit itu." Pekikku. Dia hanya tersenyum tipis.

Ini benar-benar aneh sekali... baru pertama kalinya... Aku.. Aku pun menggelengkan kepalaku.. Tenang Airin tenang... diakan hanya temanmu, bukan hantu ataupun monster. Kemudian, aku melirik ke arahnya, Ku lihat ia sedang meneguk Coca-colanya.

"Aku rasa, Coca-colamu itu tidak pernah habis ya?" Kataku lalu mengangkat alisku dan menutup mulutku karena ingin tertawa.
"Kau memasang muka jelek, kau tahu? "Katanya santai lalu mengambil sesuatu di kantongnya.

"Hey! itu tidak ada hubungannya dengan pertanyaanku! Kau ini aneh ya.. Mana mungkin 1 kaleng Coca-cola kecil bisa utuh dalam jangka panjang...padahal... kau telah meminumnya beberapa kali" Pekikku. Kemudian dia mengeluarkan sesuatu dalam kantongnya. Lalu dia menyerahkan 1 kaleng Coca-cola kepadaku.

"Nih! bilang saja kalau kau ingin itu juga kan?" Senyuman mengejek mengembang di bibirnya. Aku mendengus kesal. kemudian meneguk coca-colanya.

"Apa?! Mana mungkin aku menginginkan..."

"Sudahlah... apa kau mau aku mengambilnya kembali?" Ejeknya. Lalu tangannya menyambar ke arah coca-cola yang ada di tanganku.

"Tidak mau! wee" Balasku lalu menjulurkan lidahku. Dan tetap setia pada coca-cola yang ada di tanganku. Lalu aku membukanya dan meneguknya. Setelah memakan bekal dan meminum coca-cola. Aku merasa ingin ke belakang. Aku langsung bangkit dari tempat dudukku lalu beranjak pergi...

"Hey, kau ingin kemana?" Kata Andi tiba-tiba. Aku menghiraukannya. Aku berjalan cepat menuju ke toilet.

"Airin, Awas! Melangkahlah dengan hati-hati! dibelakangmu ada batu!" Teriak Andi dari kejauhan. Tapi terlambat, aku sudah tidak mendengar perkataannya lagi. Samar-samar terlihat Andi berusaha mengejarku. Aku kaget melihat Andi yang begitu cepat lari ke arahku. Akupun ketakutan ketika Andi hampir sampai ke dekatku. Aku mempercepat lariku. Aku pun tersandung begitu pula Andi yang sudah ada di depanku. Kami berpandangan sdikit lama.

"Posisi macam apa ini?"

"Kyaaa! Menjauhlah!! Kau bodoh!" Teriakku. Lalu aku mendorong Andi. Aku langsung berlari ke toilet. Selesai dari toilet, aku melihat ke kaca.

"Dasar Andi bodoh! sudah tahu aku sudah tak tahan! Dia malah menambahkannya.. BODOH!!" Teriakku kepada kaca yang ada di depanku. Lalu aku membereskan baju dan rambutku kemudian keluar dari toilet. Pada saat aku ingin ke kelas, ada seseorang yang memegang tanganku.

"Eh.... Umm... Airin." Katanya dengan gugup. Aku tidak begitu melihat mukanya. Ia menundukkan kepalanya. "Maaf ya soal yang.. tadi. Anu, ini...." Katanya dengan gugup. Dari logat suaranya aku sudah tahu kalau itu Andi. Aku mengangguk. Dia sama sekali dia menegakkan kepalanya. 

Oh iya... kan dia menunduk, pasti tak terlihat. Pekikku dalam hati.

"Tegakkanlah kepalamu." Kataku sambil tersenyum. Iapun menegakkan kepalanya. Aku benar-benar tidak percaya melihat mukanya yang memerah dan hampir ingin menangis.

Dia lebay juga ya. Kalau boleh jujur, mukanya manis juga untuk seorang laki-laki... Hehehe... Aku bahkan hampir tak mengenalnya. Aku menghela nafas panjang.

"Hahhh... Baiklah, aku memaafkanmu. Tapi, jangan lakukan lagi ya?" Kataku dengan hati-hati (Karena mukanya yang sekarang mirip dengan perempuan). Andi langsung mengelap matanya yang lembab.
"Benarkah? Terima kasih. Ya, Aku janji! Tapi, itukan kejadian yang tak di sengaja jadi..."

"Apa kau bilang?! Apa kau mau aku tak memaafkanmu?!"

"Akukan hanya bercanda... Ayolah.."

"Huh!"



.... 



"Airin, kau pulang dengan siapa?" Kata Andi tiba-tiba. Aku berfikir senejak.

Hening sesaat...

"Tidak dengan siapa-siapa." Kataku singkat. Lalu aku pergi meninggalkannya. Andi menahan tanganku.

"Bagaimana kalau kuantar?" Matanya menandakan kalau dia benar-benar serius ingin mengantarkanku. Matanya itu seperti sedang mempelototiku, Aku langsung berkeringat.

"Y...ya.." Kataku terbata-bata karena takut melihat mukanya itu.

"Bagus! Ayo!"Katanya seraya menjulurkan tangannya. Aku sedikit gugup melihat tangannya ada di depanku. "Tunggu apalagi? Ayo!" Kata Andi. Dengan cepat ia memegang 'telapak tanganku' lalu menarikku dengan paksa.

"Kyaa..!! Kau bodoh! Kalau tanganku panjang bagaimana?" Teriakku dengan kencang. Dia berhenti sejenak aku terdorong ke arah punggungnya.

"Aw.." rintihku pelan.

"Kenapa kita berhenti disini?" Tanyaku pelan. Tak sadar Andi 'menggiring'ku sampai ke ujung jalanan. Andi tidak mengucapkan apa-apa. Tak sengaja, Aku melihat sesuatu di ujung jalan sana. Banyak kerumunan orang-orang..

"Hey lihat, ada apa disana??" Andi menoleh ke arahku. Kemudian aku menunjuk tempat yang ku maksud.

"Bagaimana kalau kita kesana??"

"Itu tidak perlu. Lagipula, itu merepotkan kau tahu? Aku tidak suka melihat yang bukan urusanku" Kata Andi santai dengan wajah tidak bersalah sama sekali. Aku lesu melihat tingkah Andi yang amat menyebalkan ini. Karena aku benar-benar penasaran, aku langsung menarik tangan Andi yang bersender di tiang jalan. Aku pun berhenti.

Tempat yangku tuju sudah ada di depanku. Dengan susah payah aku berusaha masuk ke dalam kerumunan itu. Andi menyusulku. Aku terbelalak tidak percaya melihat korban kecelakaan itu. Semua badanku berubah menjadi lesu. Aku pun duduk di samping ayahku.

"A...Ayah.." Kataku pelan. Sedikit demi sedikit air mataku berjatuhan di pipiku. Aku benar-benar tidak percaya kalau ayahku akan wafat!

"Bodoh! Kenapa kalian hanya berdiri di sini? Dan kenapa kalian tidak menolong orang ini?" Kataku tiba-tiba. Semua melihatku dengan iba. Mereka hanya menaikkan bahunya. Tangisanku semakin menderas ketika melihat ayahku membuka matanya.

"A..Airin..."

"Ayah.. Bertahanlah! kita akan segera ke rumah sakit!" Kataku masih terisak-isak. Ayahku menggelengkan kepalanya.

"Ti.. tidak airin, ini adalah takdir. D..dan ayah harus menerima takdir ayah."

"Tidak ayah! Aku akan menahan takdir ini! Ayah harus tetap hidup! Demi aku dan ibu!" Teriakku sambil menangis. Ayahku menyentuh mukaku dengan lembut. Aku masih menangis kencang melihat ayahku yang sangat menderita. Ayahku menghela nafas panjang.

"A..Airin.. Dengarkan ayah. Kau harus tegar m...menerima... takdirmu karena Ayah sudah siap menerima takdir ini. Ayah tidak akan ada selamanya untuk ibu dan kamu." Kata ayahku pelan dengan nafas terengah-engah. Mataku bertambah lembab.

"A..Airin.. Ini pesan ayah. Kau harus menjadi anak yang baik untuk ibumu. J.. Jangan buat ia sa..sampai kecewa nantinya..." Ayahku tersenyum lemas. Tangisanku semakin menderas. Aku takut kalau aku benar-benar kehilangan ayahku.

"Airin... Apa k... Kau tidak mendengarkan ayah? Tolong, Jadilah anak yang baik ya?" Kata ayahku.
Lalu ayah memejamkan matanya untuk selama-lamanya. Aku menyentuh dada ayahku dan tangannya.

"Ti..tidak ada detak jantung dan denyut nadi..?" Kataku tidak percaya. Aku menangis kencang.

"Ayah!!" teriakku kepada ayahku. Orang-orang yang mengelilingi kami ikut menangis iba. Aku menggoyang-goyangkan badan ayahku. Andi duduk di sampingku sambil mengelus-ngelus kepalaku. Dia tak tega melihatku menangis sekeras itu. Aku melirik ke arah Andi dengan mata melembab. Lalu aku memeluknya dengan kencang. Mata Andi membulat dan mukanya memerah. Aku menangis dengan keras di baju Andi.

"A..Airin..?" Kata Andi dengan terbata-bata. Andi berusaha melepaskanku dari badannya. Aku mempererat pelukanku. Badan Andi langsung menjadi lesu. Dia tidak bisa berbuat apa-apa selain membiarkanku terus memeluk dirinya.



....

Keesokan harinya..

Aku menemui Andi di kelas. Andi tertidur lemas di mejanya.

"Ehmm... Andi, soal kemarin, terima kasih sekali ya. Kamu membiarkan aku menangis. Sampai-sampai bajumu basah. Hehehe..." Kataku gugup sambil berusaha memasang wajah semanis-manis mungkin. Andi mengangguk lemas lalu memalingkan wajahnya.

"Andi.. Kamu marah sama kejadian kemarin?" Kataku pelan. Andi menggeleng lemas.

"Lalu.. Kau kenapa?" Kataku pelan seraya memandanginya dengan muka iba. Andi memejamkan matanya. Mataku membulat.

"Aku belum sarapan..." Kata Andi dengan nada memelas. Aku pun terjatuh seperti ada yang menibanku.

"Hhh... Kau berlebihan.."  Aku menjitak kepala Andi. Andi hanya tertawa lalu ia
bangkit dari tempat duduknya. Tiba-tiba terdengar bunyi

Rrrr....! (bunyi perut). Aku cekikikan mendengar suara itu.

"Ahahahahaha... Bunyi apa itu??" Kataku sembari memegangi perutku.

"Ahahahha... Perutku sakit..Air mataku sampai keluar.. Ahahaha..." Andi hanya diam dengan muka memelas. Aku menghentikan tawaku dan mengelap mataku.

Huh! pake senjata! Pekikku dalam hati. Aku merengut sedangkan Andi hanya tersenyum kecil.

"Ehem... Ke kantin yu?" Tawarku kepada Andi. Andi mengangguk. Lalu dia memegang tanganku dan berlari cepat.

"Aaaaa.... Berhenti!!!" Teriakku sambil membetulkan rokku. Andi menghentikan larinya. Aku memegangi lututku dan mengatur nafasku. Biasanya, kalau lelah / sedang senang, jantungku berdetak kencang. Andi duduk di tempat biasanya dan meminum Coca-colanya.

"Coca-cola lagi... Coca-cola lagi..." Aku menggelengkan kepalaku lalu duduk di depannya ( Kursi kami berhadapan).

"Ada apa? Kau mau?" Kata Andi sambil menyerahkan sekaleng coca-cola.

"Ya sudah.." Kataku sedikit gugup.

"Haaah....jadi ingat waktu itu nih..." Kataku pelan.

"Tadi kau bilang apa?"

"Waaa!! Kau menguping ya!?" Terorku kepada Andi sambil menaruh telunjukku di depan mukanya. Andi menggelengkan kepalanya.

"Mana mungkin aku ingin menguping perkataan orang sepertimu?" Katanya dengan expresi muka tidak bersalah sama-sekali. Aku mengepalkan tanganku. Aku menghela nafas.

Tenang Airin tenang...kalau kau terpancing kau malah akan kalah! Aku tersenyum kepada Andi. Andi memiringkan kepalanya.

"Kau aneh ya... Beruntung aku tidak tertular sifatmu.." Katanya santai dihiasi dengan senyuman. Aku menatapnya sebal.

"Jangan pandang aku hanya dari jasmaninya saja! Belum tentu sifat asliku itu seperti itu!!" Kataku dengan cepat. Andi hanya bertepuk tangan.

"Wow! Hebat sekali! Tak kusangka orang sepertimu bisa berbicara bagus seperti itu." Ejeknya lalu meneguk coca-colanya. Aku menghela nafas panjang.

"Tentu saja..." Kataku santai. Aku menyender di kursi lalu menutup mataku. Aku menghela nafas panjang berkali-kali. Andi melihatku lalu mendekat ke arahku.

"Kamu benar-benar anak yang aneh ya... Apa kamu benar-benar sudah tak mengingat kejadian kemarin? Jadi... Sekarang kamu yatim?" Tanya Andi pelan. Aku membelalak. Nafasku berubah menjadi sesak.

"...." Aku menundukkan kepalaku. Aku mengingat kata-kata terakhir Ayahku. Tanpa kusadari, setitik air mata membasahi pipiku. Andi mendengar isakan kecil. Andi langsung memelukku.

"Sudahlah... Lupakan saja kejadian itu.. Maaf kalau aku membuatmu mengingat kejadian kemarin." Kata Andi dengan lembut. Tangisanku makin menderas mendengar perkataannya itu.

"Hwaaaaaaaa.....!!!!"


-To Be Continue


CDA (Comment Dari Author):

Hehehe... Gimana-gimana?? Sebenernya, cerita ini terinspirasi dari orang yang kusuka saat aku les, hehehe ^^ Tapi itu udah sekitar 9 bulan yang lalu *sigh. Dan sekarang aku udah gak begitu suka lagi sama dia. Hal yang kutakutkan gimana kalau aku gak terinspirasi lagi ._.? Tapi untungnya aku udah punya penggantinya, jadi mungkin dengan begini, aku bisa kembali 'terinspirasi' dari pengganti dia ^^

I Hope you like it~

2 comments :

Jangan lupa untuk meninggalkan jejak ^^
I'll be waiting for your comment ^_^