Saturday, September 29, 2012

A STORY OF MY LIFE


Chapter I:  Sekolah baru



*Bunyi alarm*
Aku membuka mataku secara perlahan sambil berusaha mematikan alarm. Tanganku menyentuh sesuatu. Benda itu ku jatuhkan itu ke bawah. Aku menguap.

 “Hoaaammm…” Aku menyingkap selimut yang menempel kemudian membuka jendela kamarku. Angin menyapa pipiku. Aku menghirup lalu membuangnya.

“Aahh.. Pagi yang indah.” Ucapku sambil terus menghirup udara pagi ini.
Terdengar suara indah yang menarikku untuk menoleh. Terlihat 3 ekor burung sedang bersiul dengan teman-temannya.

“Selamat pagi burung-burung. Bagaimana pagi kalian?” Tanyaku sambil tersenyum ke burung-burung itu. Burung-burung tsb tdk memperdulikanku sambil terus bersiul.

“Oh, ya. Kaliankan tidak mengerti bahasa manusia.” Ucapku sembari terkekeh pelan.

“Nia, Sarapan sudah siap!” Teriak mama dari dapur.

“Iya ma, Tunggu sebentar.” Balasku sedikit berteriak. Aku segera mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi.

Beberapa menit kemudian, aku keluar dari kamar mandi dengan seragam musim panas yang sudah kupakai. Baju yang kukenakan berwarna putih berlengan panjang dengan rompi lengan pendek berwarna coklat dan pita berwarna orange, sedangkan roknya bermotif kotak-kotak dengan warna Orange tua dan muda. Aku mengeringkan rambutku dengan hairdryer sambil menyisir dan menata rambutku.
“Selesai.” Ucapku. Aku menyusuri tangga dan pergi ke ruang makan.
“Selamat pagi Nia.” Sambut mama hangat.
“Pagi ma,” Balasku sambil tersenyum. Mama mengamatiku dari atas sampai bawah. Aku menyeritkan dahiku.

“Ada apa ma? Tidak cocok ya?” kataku lemas. Mama menggeleng.
“Tidak tidak.. Cantik kok! Cocok sama badanmu.” Kata mama terkagum-kagum.
“Hehehe.. Makasih ma. Mama Juga cantik.” Balasku sembari tersenyum. Mama tersenyum gemas. Aku duduk dengan anggun di kursi meja makan.

“Hmm... Pancake coklat!” Kataku bersemangat. Aku langsung menyambar pancakeku tanpa minum terlebih dahulu. Mama menggelengkan kepalanya kemudian menepuk pundakku.  Aku berbalik ke arah mama. Mama memberikan segelas air putih kepadaku.

“Hm?” Aku memandangi gelas itu sambil menelan lasagna yang ada di mulutku (ceritanya pancakenya sdh habis gitu ‘-‘) .

Aku menepuk keningku dan meminum air putih yang di berikan mama.
“Ck…ck…ck… Kamu kebiasaan ya. Masa diberi air putih aja bengong?” Goda mama. Aku terbatuk-batuk. Mama tertawa pelan dan kembali ke dapur. Aku menepuk dadaku.

“Ukh… Mama kebiasaan deh! Niakan sedang minum, Kalau Nia tersedak gimana??” Gerutuku. Mama tertawa pelan.
“Oh iya, hari ini hari pertamamu masuk ke sekolah barumu.  Jadi, kamu harus cepat bersiap-siap sebelum terlambat. Oke?” Kata mama.

“Iya ma…” Kataku sedikit lemas. Mama mengacungkan jempolnya kepadaku.
“Bagus, itu baru anak mama.” Mama tersenyum kecil. Aku berusaha tersenyum manis.

Note: Hanya berbeda  5cm :3

Oh ya, perkenalkan, namaku Nia Kazuki. Umurku 13 tahun. Tahun ini aku duduk di kelas 1 SMP. Aku adalah anak tunggal dari keluarga Wilchard. Itulah mengapa mereka terlalu menjagaku sampai memanjakanku. Untunglah sahabat dan teman-temanku dewasa. Jadi aku bisa belajar banyak mereka.  

Kami baru pindah rumah lusa lalu karena urusan kantor papaku. Terkadang, terlintas dibenakku untuk mempunyai seorang adik. Karena kupikir akan manis bila di rumah ada seseorang yang bisa kuajak bicara selagi mama sibuk.

Tapi, kalau kupikir-pikir lagi, keadaan seperti ini sudah cukup untukku.  Walaupun dulu aku pernah di antarkan sampai depan kelas sampai kelas 6 SD. Sampai-sampai ada seseorang yang senang meneriakiku “anak bocah” atau “Anak manja”. Menyebalkan!

Okay, Bek To Story~ :3

Tiiin…Tiiin…

Supirku mengklakson mobilnya berkali-kali. Aku menuju mobil sambil menggenggam tasku.
“Ma, aku pergi dulu ya!” Aku mencium tangan mama.
“Iya, hati-hati ya.” Ucap mama sambil tersenyum hangat.

Supirku sudh membukakan pintu lebar-lebar untukku. Aku memasuki mobil tsb lalu duduk dengan anggun. Terlihat mama melambaikan tangannya padaku. Aku membelas lambaiannya.
  

“Kita sudah sampai. Semoga nona bisa menikmati sekolah nona ya.” Ucap supir sembari membukakan pintu untukku. Aku tak menghiraukannya dan mengambil beberapa langkah.

“Oh ya, sekarang musim penculikan loh! Apalagi penculiknya seneng anak kecil kaya kamu. Jadi nona hati-hati ya!” Canda supir sembari terkekeh pelan. Ia memasuki mobil dan menjauhiku. Aku menatap mobil itu sampai tak terlihat.

“Aku itu bukan anak kecil lagi!!!” Teriakku dengan kencang. Satpam yang berada di situ mendelik ke arahku dengan curiga. Aku menutup mulutku kemudian mengatur nafasku. Aku tersenyum paksa dan jalan menuju gerbang sesantai mungkin agar tak dicurigai.

“Whoa….” Aku terkagum-kagum melihat gerbang sekolah baruku.

‘Jadi ini sekolah baru yang akan ku masuki.. Apa ini sekolah swasta elit?’ Batinku. Aku pun melangkah ke menuju pembuka pintu gerbang tersebut. Pada saat aku ingin membukanya, Kedua satpam yang berada di kedua sisi langsung menahanku untuk masuk. 

“Mmm... Maaf, kenapa saya di tahan?” Kataku gugup. Satpam itu memberikan sebuah lembaran.  Aku menatap lembaran itu bingung.

“Bacalah lembaran ini.” Kata satpam tersebut dengan lantang. Aku terlonjak, baru kali ini aku mendengar suara sebesar ini. Aku mengembungkan pipiku. Baru kali ini aku mendengar suara sebesar ini. Menyebalkan!

Aku mengambil kertas itu dan membacanya. Isinya:
Peraturan di sekolah ini :
1.      Harus memakai seragam yang sudah di tentukan (mengenakan rok yang pendeknya max 3cmdi atas lutut) 
2.      Tidak boleh terlambat
3.      Tidak boleh bertengkar antar sesama murid sekolah. Bila dilanggar akan di skors dengan hari yang di tentukan kepala Sekolah
4.      Menyampah dan membuang sampah tidak pada tempatnya.
Mohon kerja samanya.

“Kertas macam apa ini?” Kataku sedikit kaget. Lalu aku melihat jam tanganku. Ternyata masih jam 05.55. Aku tak mengerti.

“Kamu datang terlalu pagi.”

“L-lalu??” Aku gelapan. Baru kali ini aku berhadapan dengan satpam yang beraksen sangat kental. Ia menatapku tajam. Aku terlonjak.

‘Mati aku! Aksenku masih belum bagus.’ Batinku. Ia tetap menatapku.

Hening…
Hening…
Hening…

“Oi, sudahlah. Biarkan dia masuk.” Ucap satpam lain sembari menepuk satpam itu.
“Ia tak punya kartu akses untuk masuk.” Kata satpam depanku. Aku makin terlonjak.

“Ta-tapi… Saya anak baru di sekolah ini. Lihat! Seragam ini persis dengan seragam sekolah ini bukan??” Aku menatap satpam penuh harap. Kedua satpam itu bertatapan kemudian berbicara dengan berbahasa Jepang dengan aksen yang tak kumengerti. Mungkin itu aksen Osaka.

“Baiklah, kamu boleh masuk.” Ucap satpam itu lalu membukakan pintu gerbang. Mataku berbinar.
            “ Be-benarkah?!” Seruku girang. Satpam yang lain tersenyum.
“Jangan lupa simpan kertas yang tadi dia berikan.”

“Hm! Arigatou Gozaimasu2!” Aku langsung berlari memasuki gerbang dengan girang. Dari kejauhan, terdengar suara tawa kedua satpam itu. Aku menghentikan langkahku. Kurasakan wajahku memerah.
‘Sial.. Aku di kerjai mereka berdua!’ Batinku. Di dalam hati, aku meledak-ledak. Aku kembali berlari namun dengan kencang.  Tanpa sengaja, aku menabrak seseorang. Aku dan orang tersebut jatuh bersamaan.
“Aduuh… Ah maaf, anda tidak apa-apa?” Tanyaku di sela rintihanku. Aku berdiri dan menjulurkan tanganku. Diam-diam aku mencuri pandangan agar dapat melihat wajah orang tsb.
“Iya. Terima kasih.” Jawabnya lembut. Ia mengiayakan tanganku. Aku membelalak.
Oh tidak…’ Batinku. Aku langsung tau bahwa yang kutabrak adalah seorang guru. Hatiku seolah-olah meledak oleh bom atom. Aku benar-benar runtuh! Aku langsung membungkukkan badanku.
“M…Maafkan saya!” Kataku.
‘Huaaa… Memalukan sekali!’ Batinku. Aku memejamkan mataku.
“Ah, tidak apa-apa. Kau bisa menegakkan kepalamu sekarang.” Kata guru itu dengan lembut. Aku menegakkan tubuhku. Mataku berbinar.
‘Cantiknya…’ Batinku. Guru itu, cantik sekali. Ia mempunyai aura lembut seperti ibu. Sesaat aku lupa kalau aku perempuan.
“Ada apa?” Tanyanya lembut. Mataku membelalak.
“E..eh.. Tidak ada apa-apa.. hehehe..” Ujarku pelan.
“Sekali lagi, maafkan saya sensei1!” Ucapku kembali. Ia tersenyum.
“Tidak usah di fikirkan. Ngomong-ngomong, sensei baru pertama kali melihatmu. Apa kamu anak baru?” Ucap sensei itu sembari mengamatiku. Aku mengangguk.
“Iya. Hajimemashite, watashi wa Nia Kazuki desu.” Sensei itu tertawa pelan. Aku memiringkan kepala.
“Nama sensei Suzuna. Kamu pasti baru pertama kali ke Jepang.” Ucapnya di sela tawanya. Wajahku memerah.  “Tenang saja. Seiring berjalannya waktu, aksenmu akan semakin membaik dan tidak kaku.”
“Terima kasih banyak sensei.” Ucapku sambil tersenyum. “Oh ya, apa sensei tau dimana kelas 7-3?”
“Kelas 7-3?” Aku mengangguk.  Suzuna-sensei mengangguk. Ia langsung menggiringku ke kelas TEPAT di depanku. Aku menutup wajahku sembari menunduk.
“Ah..ahahaha.. Jangan gugup, tenang saja. Dulu sensei juga pernah mengalami hal yang sama sepertimu saat sensei masih mudah dulu.” Hibur Suzuna-sensei. Aku tau, ia hanya ingin membuatku lebih baik. Namun ntah kenapa itu malah membuatku tambah terpuruk.
“Ahahaha.. Silahkan duduk disini. Kalau begitu, sensei pergi dulu ya.. Semoga harimu menyenangkan~” Suzuna sensei memaksaku duduk di kursi barisan tengah kedua. Ia langsung melesat keluar dari ruangan.
“Haaahh…” Aku menghela nafas sambil menundukkan kepala.
                        Teeet…Teeet…. Teeet…
Beberapa murid langsung menduduki kursinya masing-masing (Sebagian ada yang sudah di kelas dan sudah duduk). Aku menegakkan kepalaku, melihat suasana sekitar. Mereka sama sekali tak gaduh ataupun saat bel tanda masuk berbunyi. Padahal guru belum masuk sama sekali.
Tap..Tap..Tap..
Langkah kaki anggun terdengar dari koridor. Mereka semua menatap pintu ruang kelas.
Sreet!
Seseorang memasuki ruangan ini. Aku tercengang.
‘SUZUNA SENSEI!’ pekikku dalam hati.
Oohayou3  Minna4~” Seru Suzuna sensei riang.
“Oohayou sensei!” Balas semuanya. Suzuna sensei tersenyum.
“Hari ini kita kedatangan murid baru lho~” Seru Suzuna sensei.”Kazuki-san, Kochi5.”
Aku terlonjak. Seluruh mata menatapku. Tubuhku panas-dingin. Aku membangkitkan diri dan berdiri di depan.
“Ha..Hajimemashite6.. Watashi7 wa Nia Kazuki desu..” Ucapku gugup. Suzuna sensei menepuk bahuku.
“Ia baru pindah rumah lusa lalu di kota ini. Belum lagi, ia memasuki sekolah ini dengan biasiswa dari sekolahnya di Negara sebrang.” Jelas bu Suzuna tersenyum. Murid-murid bersorak kagum. Aku menoleh cepat.
“Ba-bagaimana sensei-?”
Yosh8!  Ada pertanyaan?”
“Sensei!” Seru seorang wanita dengan rambut tergerai berwarna kecoklatan. Matanya sedikit tajam namun manis. Aku mengerutkan dahiku.
‘Anak itu… Sepertinya aku pernah melihatnya..’
“Ya? Ara9? Sensei baru ingat. Kita mempunyai dua nona Kazuki.” Ucap Suzuna sensei.
‘Sudah kuduga!!’ Seruku. Ekspresi kaget yang tak tergambarkan terhias di wajahku. Suzuna sensei melihatku kebingungan.
“Kazuki..-san? Atau mungkin, Nia-chan?” Suzuna sensei menggoyang-goyangkan tangannya di depan wajahku.
Saingan terberatku. Mia Kazuki.
“Nia-chan. Kamu boleh duduk sekarang..” Ucap Suzuna sensei lembut.
Hai10 . Arigatou.” Ujarku pelan sembari berjalan ke tempat dudukku.
“Arigatou?” Sensei menatapku kebingungan. Aku menghela nafas panjang.

Teeett…Teeettt…

Aku menempelkan pipi di atas meja. Beberapa anak sedang bercanda di depan tempat dudukku.
“Berisik sekali…” Gumamku. Aku menghela nafas panjang. Dua orang berlari riang mengitari barisan vertical kursiku.

Duk!

Salah satu dari mereka jatuh tersungkur bersama dengan kursiku.
“Aw..” Aku menyentuh kepala bagian belakang. Bagian punggung badan dan belakang kepalaku terasa nyeri sekali.

“Hei, kenapa kamu lakukan itu?” Seru anak yang terjatuh tadi. Aku menatap anak itu. Dia Mia Kazuki. Aku menggeram.

“Harusnya aku yang bilang seperti itu!” Balasku. Anak itu mempelototiku.
“Kenapa harus kamu yang bilang begitu?! Lagipula apa masalahmu?” Ia semakin menaikkan nada suaranya.

“Kamu yang mempunyai masalah denganku. Dasar petakilan! Apa kamu tidak lihat dari tadi aku diam saja?!” Balasku kembali. Ia menggeram, begitu pula denganku.

“Kamu cari masalah denganku?!”
“Tidak! Kamu yang cari masalah denganku!!” Aku semakin menjadi-jadi.
“Apa kamu bilang?!?”

“Aku bilang kamu yang cari masalah denganku!!!” Seruku. Kami bertatapan sembari saling menggeram. Seorang lelaki dengan wajah sedikit memelas namun tegas menghampiri kami.

“Yosh! Sudahlah! Apa masalah kalian?” Ucapnya sambil menyentuh pundak kami.
“Tidak usah ikut campur!” Seru kami bersamaan. Ekspresinya berubah kaget.
“Glk!” Lelaki itu menghela nafas panjang. Dua anak lain menghampiri kami.

Taichou11 , disitu kamu rupanya. Apa yang sedang kamu la- heee?!” Ia terlonjak saat melihat kami berdua. “Ke-kenapa.. Ada dua Kazuki-san?”

“Apa? Maksudmu aku berwajah sama dengan Orang itu?! Aku lebih baik mati daripada harus kembar dengan dia!” Seruku blak-blakkan. Orang-orang yang ada di sekitarku menatapku takjub.

“He-hebat…” Lelaki yang baru datang tadi menatapku. Ia langsung memegang kedua tanganku dengan mata berbinar. “Namaku Ryuichi Seiyuku dan dia Lala Brishtove! Kamu adalah orang pertama yang berani melawan Kazuki-san. Senang berkenalan denganmu!”

Aku menatapnya kebingungan. Lelaki yang tadi menepuk bahuku tersenyum padaku.
“Namaku Tobi Jabberchski. Aku ketua kelas di kelas ini. Salam kenal anak baru.” Kata Tobi sembari tersenyum.  Kulihat seorang wanita ikut tersenyum. Aku tersenyum kecut.

Aku mempunyai teman dengan cara yang aneh… Sangat aneh…
Diam-diam  Mia menatapku sinis. Aku mendegup dan pura-pura tak melihatnya,hanya  tetap focus kepada Tobi, Ryuichi, Lala.
Ngomong-ngomong, Ingin tahu kenapa kami bisa menjadi saingan?? Begini ceritanya:

Saat kelas 6 SD, di Negeri sebrang~
 “Ibu akan mengabsen kali 1-1.  Jika namanya dipanggil, harap angkat tangan.” Kata wali kelas kami . Ia menyebutkan nama anak-anak satu persatu sampai...

“Nia Kazuki” Ucapnya. Aku mengangkat tanganku.
“Lho, kenapa ada 2 orang yang mengangkat tangan?” Ucap wali kelas kami terkejut. Aku ikut terkejut dan menoleh ke belakang. Ada seseorang yang ikut mengangkat tangannya.

“Hey siapa kau?? Aku Nia!” Kataku kepada anak yang mengangkat tangannya itu.
“Aku Mia, bukan Nia!” Balas Anak itu dengan ketus.

“Lalu kenapa kau mengangkat tanganmu?? Padahal yang di absen itu ‘Nia Kazuki’ Bukan Mia!” Balasku tak mau kalah.

“Aku Mia Kazuki! Jadi wajar  kalau aku ikut mengangkat tanganku!” Balasnya dengan kasar. Aku terbelalak.

“Argh...!!”  Aku mengatur nafasku.
“Maaf, Bukankah itu namaku??” Kataku sambil tersenyum.
“Itu namaku!” Katanya dengan ketus.

“Ya ya… Soal nama jangan di masalahkan!” Wali kelasku langsung memisahkan kami berdua. Kami langsung berpandangan lalu saling membuang muka.

Istirahat tiba...

Aku melihat seorang anak perempuan tengah kesusahan menggunakan mesin coca-cola. Aku menghampiri anak itu.

“Hey.. mau ku bantu?” Tawarku. Akupun menunjukkan tombol-tombol yang harus ditekan, anak itu menebaskan tanganku.

“Tidak perlu!” Katanya ketus. Aku membelalak. Langsung saja aku menyelaknya dan membeli sesuatu.(agar tak dibilang canggung). Aku pun pergi meninggalkannya dengan kesal bercampur aduk dengan senang. Dia mengejarku kemudian menepuk pundakku.

“Te-terima kasih telah membantuku… Ini!” Katanya seraya menyerahkan 1 botol fanta mini. Aku menatapnya sinis.

Kapan dia memakainya? Padahalkan tadi dia kesusahan menggunakan mesin itu.’ Gumamku. Aku berusaha menghilangkan fikiran negativeku. Aku tersenyum lalu mengambil Fanta itu.
“Terima kasih.” Ucapku. Ia mengangguk. Kami meminumnya bersama-sama. Seseorang berjalan menghampiriku.

“Hai! Nia.” Sapa Tari, sahabatku. Aku dan Miapun menyahut.

“Siapa kau…” Kata Mia dengan kasar (Suara dan wajah kami hampir sama. Akan mudah bila seseorang mengenali perbedaan kami) Mata Tari berkaca-kaca.

“N…Nia jahat!!” Teriak Tari sambil berlari jauh. Aku kebingungan melihat tingkahnya.
“Tunggu Tari!” Teriakku. Tari akhirnya berhenti dan mengelap air matanya.

“Begini… Tadi yang bilang itu bukan aku, tapi anak yang ada di sampingku tadi. Jangan tersinggung ya Tari.. Aku juga gak tau kenapa dia bisa mirip banget sama aku.” Jelasku tergesa-gesa. Tari terdiam.

“Serius Ri… Smile You Don’t Cry.” Ujarku sambil merengut. Tari tersenyum kecil. Dia mengangguk.

“Iya aku maafin.. Kita balik ke tempat tadi yuk!” Ajaknya sembari menggandeng tanganku. Kamipun kembali ke tempat semula. Sesampainya disana,kami tidak melihat sosok Mia.

“Kemana Mia?” Gumamku. Tari menatapku.
“Jadi itu Mia? Kenapa dia mirip banget sama kamu? Sahabat kamu aja sampe ga bisa bedainnya.” Celetuk Tari. Aku menaikkan bahuku.

“Gatau deh Tar… Ntah kenapa nama belakang dia juga sama kaya aku.” Ujarku pelan. Kami berdua duduk.
“Maksudnya?”
“Hei!” Mia mendadak muncul dengan kalemnya.  Aku menatapnya.

PLETAK!

“AW! Sakit tau! Kamu tidak tau ya rasa sakit itu seperti apa?!” Pekiknya sambil menggulungkan lengan bajunya. Tari menatapku takjub. Aku mendiami mereka berdua sembari membuka fanta pemberian Mia.

“Dasar sok kuat….” Ujarku pelan. Mia menatapku tajam.
“Kh!” Mia berlari meninggalkan kami. Aku menatap lurus ke depan. Tari menatapku sambil menghela nafas.

“Kenapa kamu ngelakuin hal itu?” Tanya Tari sembari menghempaskan diri ke rerumputan. Aku menghela nafas. Tari tersenyum.

“Kamu ga suka di saingi orang?” Tanya Tari lagi. Aku mengangguk pelan.
“Yaah… Kalo ngga begitu sih bukan Nia namanya.” Celetuk Tari sembari terkekeh pelan. Aku tersenyum.

“Aku ada ide.” Tari membisikkan sesuatu padaku. Mataku melebar. Selesai membisikkanku, aku mengangguk riang lalu menyentuh kedua tangan Tari.

“Makasih ya Tar! Aku bakal coba saranmu nanti!” Seruku tersenyum.
“Ah, lebay banget nih.. Iya. Sukses ya.” Balas Tari sambil terkekeh.

 “Tar, aku duluan ya. Daah!” Aku melambaikan tangan dan pergi menuju kelas. Tari menatapku dari jauh. Dengan tatapan… Aneh.
Sesampainya di kelas, aku melihat Nia sedang sendirian di kursi dekat jendela. Aku mendekatinya dengan senyum kemenangan.

“Apa?” Ia menatapku dingin. Aku mendegup.
“Mia.. Aku minta maaf soal tadi.” Ucapku pelan. Aku sedikit memalingkan wajah. Perasaanku bercampur aduk dengan senang-kacau- dan terinjak-injak. “Aku ga bermaksud buat ngomong begitu..”

Aku mengulurkan tanganku padanya. Ia menatap tanganku kemudian menghela nafas. Mia menyambar tanganku lalu tersenyum.

“Baiklah. Tapi jangan kamu ulang lagi oke?” Mia tersenyum. Aku mengangguk. Kami berjabat tangan cukup lama. Kami terkekeh pelan.

 “Ngomong-ngomong, aku punya sedikit permintaan.” Ucapku. Mia mengerutkan alisnya. Aku mengubah jabatan kami menjadi seperti adu panco melayang. Aku menatapnya dengan penuh keyakinan. “Mulai hari ini, kamu adalah sainganku! Jangan pernah berani melangkahiku!”

Senyum kemenangan terhias di bibirku. Mia terdiam.
Hening sesaat…
‘Tidak ada ekspresi?!’ Batinku. Mia menghela nafas. Ia melepaskan jabatan kami dan kembali menatap jendela.

“H-hey!” Seruku. Mia terdiam. Aku menggembungkan pipiku. “Li-lihat saja, aku akan menjadi lebih baik darimu! Lihat saja nanti!!” Aku berseru sembari berlari keluar kelas. Mia menatapku kebingungan.

Teett…Teett..

Begitulah ceritanya. Memang aneh, tapi itulah kejadiannya. Sebenarnya, kalau aku tidak memulainya, pasti aku sudah menjadi sahabat baiknya.

Okay, To The Story again~

“Aku pulang!” Teriakku. Tapi, tidak ada yang menyahut.
“Aneh sekali, biasanya mama menyambutku. Tapi, kenapa sekarang tidak di sambut lagi?” Aku mengelilingi seluruh rumahku.

“Mama… Mama dimana?” Teriakku seperti anak yang tersesat di sebuah tempat. Aku menuju ke kamar mama.

“Mama?”  
TING TONG!

“!!!”Aku segera menuju pintu depan dan segera membukakan pintu.
“Paket anda Nona.” Kata pak pos ramah. Badanku melemas. Aku tersenyum ramah.
“Terima kasih…” Jawabku. Saat aku ingin menutup pintu, pak pos itu menahannya dengan kuat. Aku terlonjak.

“Maaf sebelumnya, tapi anda belum menandatangani ini.” Kata pak pos itu sembari menyerahkan pulpen dan papan jalan.
“Aah, Gome11.” Aku menandatangi surat itu kemudian menyerahkannya. Pak pos itu tersenyum.
“Arigatou. Semoga harimu menyenangkan.” Ucapnya sambil berlalu. Aku menutup pintu dan duduk lemas di  sofa terdekat. Paket itu berada di atas perutku. Aku menatapnya.

‘Apa aku pernah memesan sesuatu?’ Batinku. Aku menaruh paket itu di atas meja dan membukanya. Sterofoam berwarna pink menutupi isinya. Aku mengerutkan alis.

‘Sterofoam? Apa benda ini mudah pecah?’ Batinku lagi. Aku mengecek setiap sudut kardus namun tak ada tulisan apapun. Aku memutuskan tuk langsung mengambil isinya.

“WTF?!” Seruku. Ternyata isinya sepasang sarung tinju dengan baground biru laut berkarakter Patrick dengan tampang bodohnya. Aku merenyitkan mataku sebelah.

“Siapa yang mengirimkan… benda supernatural ini??” Ujarku. Aku menaruh sarung itu di samping kardus.  Aku memasukkan tanganku di antara sterofoam-sterofoam elastic itu.

“Ah, ini dia.” Aku mengeluarkan amplop bermotif feminime dengan sisi berwarna hijau toska, dengan warna dasar coklat polkadot putih. Di depan surat itu, terdapat kertas ditempel bergambar teddy bear.

“Lucu sekali..” Ucapku. Aku membuka surat itu secara perlahan dan mengluarkan isinya. Kertasnya berwarna putih polos.

‘Kupikir kertasnya akan bergambar animasi seperti suratnya.’ Batinku. Aku melebarkan mataku.

SURAT TANTANGAN

Tulisan itu tertera di depan kertas.
“Apa-apaan ini??” Pekikku. Aku membuka kertas itu.

Pakailah! Ini hadiah untukmu
Sekian…
Mia Kazuki

Aku mendegup. Kupikir ia tidak akan menerima tantanganku satu tahun yang lalu. Aku mengambil secarik kertas. Tanganku bergetar saat menulis.

Apa-apaan ini?!
Aku tidak akan mau menerima benda konyol seperti ini!
Jangan harap aku akan memakainya besok pagi!
Nia Kazuki

“Dia pikir dia siapa??” Gumamku sembari memasukkan kertas itu ke dalam amplop tadi.
 “Ukh.. Kenapa sulit sekali memasukkan kertas sekecil ini?” Aku mendengus. Terlihat ada secarik kertas lain di dalam surat ini. Aku mulai membaca surat itu.
“Anak ini…”

To be continue….
***
Note: Kelanjutan cerita akan di posting dua minggu sekali…. Jadi tunggu yaa… Terkadang aku suka sibuk di sekolahan, jadi ceritanya absen melulu, Gomen ^_^

~ Kamus Kecil ~
Sensei                          : Bu/pak guru
Arigatou Gozaimasu   : Terima Kasih banyak
Oohayou/ohayou gozaimasu/oha       : Selamat pagi
Minna                          : Semua
Kochi                           : Kemari
Hajimemashite           : Perkenalkan
Watashi                       :Aku
Ara                             
: Wah.
Yosh                             : Baiklah
Hai                               : Ya
Gome/Gomenasai       : Maaf


No comments :

Post a Comment

Jangan lupa untuk meninggalkan jejak ^^
I'll be waiting for your comment ^_^