Friday, September 5, 2014

A STORY OFMY LIFE



CHAPTER II:
            Prosesnya memang lama. Tapi nanti, kau akan merasakannya!



*********************************************************************************
I DO NOT OWN THIS ANIME PICTURE
AND THE CHARACTER OF THIS STORY IS NOT FROM THIS ANIME
THIS PICT IS JUST FOR FUN AND EFFECT, DON’T MISUNDERSTOOD!
AND, DON’T  COPY MY STORY WITHOUT CR!
*********************************************************************************

Aku melirik ke arah jam digitalku. Angka menunjukkan pukul 4:55 pagi berwarna merah berkelap-kelip. Aku berguling-guling. Terkadang merenung atau membungkam mulutku dengan bantal. Terkadang pula menengadah ke atas dengan lengan yang berada di atas wajahku. Aku bingung. Apakah aku terlalu bersemangat, atau malah sebaliknya? Tapi saat ini, aku benar-benar sangat membenci pagi hari nanti. 
Aku mengambil kembali jam digitalku. Aku kembali berguling-guling dan menengadah ke atas. Aku meninggikan jam itu sembari melihat angkanya.
“Hmm…” Gumamku. Aku menelungkupkan badanku dan kembali melihat angkanya.
“Hmm…” Gumamku lagi. Angka jam itu berubah jadi 5:02. Aku mendengus lalu kembali berguling-guling.
Gubrak!
“Nia. Berisik sekali pagi ini. Kamu sedang apa disana?” Seru mama. Aku meringis kesakitan.
“A… Tadi aku sedang mengigau ma. Maaf Nia sudah membangunkan mama.” Balasku sambil mencoba utk bangun.  Perlahan, terdengar suara kaki yang ingin menuju kamarku.
“Eeeh… Tapi mama tidak perlu ke kamar Nia juga tidak apa-apa ko. Nia…”  
“Serius? Mama sudah ada di depan kamarmu lho.” Kata mama.
‘Cepat sekali…’ Batinku. Aku berdecik. Terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar. Aku membukanya dan membiarkan mama duduk di kasurku. Aku kembali menutup pintunya.
Hening sesaat..
“Nia, kenapa kamu hanya diam di situ?” Tanya mama. Aku gelagapan.
“E…Eeeh? I-Iya, Nia lupa. Hehehe…” Aku menarik kursi dari meja belajarku dan menaruh jam digitalku.
“Tumben sekali ekspresinya seperti itu. Apa terjadi sesuatu di sekolah?” Tanya mama kembali penuh introgasi. Aku berusaha menghindari kontak mata dengan mama. Karena biasanya, kalau sudah bertatap mata dengan mama, akan sangat sulit sekali untuk ber’bohong’.
“Tidak.” Jawabku singkat. Mama masih menunggu dan menatapku dengan tenang. Aku menundukkan kepalaku sembari berdesis.
“Yakin tidak ada apa-apa? Mungkin mama bisa bantu.” Tanya mama kembali dengan tenangnya. Sesekali aku melirik mata mama. Aku mendegup, tak kuasa menahan rasa ingin ‘jujur’.
‘Aaaah… Ma, kumohon. Untuk saat ini aku tidak bisa bilang pada mama. Karena ini sangat memalukan untuk diceritakan.’ Batinku. Aku menggigit bibir bawahku. Kulirik jam digital yang kutaruh tadi. Angka sudah menunjukkan pukul 5:15. Aku menggelengkan kepalaku.
 “Oh, begitu. Bagaimana sekolahmu tadi, lancar?” Mama kembali menanyakanku dengan pertanyaan yang ‘pasti’ akan berujung ke pengungkapan isi hatiku. Aku menghela nafas.
“Lancar ma.” Jawabku singkat dengan berat hati.
“Kamu masuk ke kelas apa?” Tanya mama kembali. Aku mendegup kembali
“Kelas 3…” Ujarku pelan. Mama mengangguk-angguk dan siap-siap melontarkan pertanyaan lainnya.
“Ehem. Maaf ya ma, sebentar lagi jemputanku akan datang. Nia mau siap-siap dulu.” Potongku yang langsung mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. Aku bisa mendengar decikan mama yg di lakukan berkali-kali olehnya. Aku memejamkan mataku lalu menghela nafas panjang dan mengambil langkahku.
Ceklek!
Aku membuka pintu mobil dengan elegan. Supirku mengklaksonku 2x. Aku menengok ke arahnya. Kulihat, ia sedang menahan tawanya.
“Bajunya bagus nona...”
Brrrm…
Suara mobil menghiasi rasa Malu ku. Wajahku memerah. Rasanya, aku ingin membanting supir itu bersama dengan mobilnya.
“Argh! Dasar supir kurang hajarr..” Pekikku. Aku menghela nafas lalu  berjalan menuju ke gerbang sekolah. Aku menatap sinis penjaga gerbang yang pernah menggodaku. Mereka berdua tertawa renyah saat aku memasuki gerbang sekolah. Wajahku semakin memerah(tapi tak terlihat, karena Nia memakai kacamata hitam ntah apa alasannya). Aku berlari melewati mereka.
Sesampainya di koridor sekolah. Banyak mata yang menatapku. Aku mencoba menghiraukan dan menegakkan kepalaku.
“Wow… Nia, you’re cool!” Puji seseorang yang lewat di depanku. Aku menghiraukannya.
“Nia, kamu keren! Biasanya tidak seperti itu!” Puji seorang siswi dengan wajah merona. Aku mengerutkan alisku.
Darimana mereka tau namaku?’ Batinku. Aku berdeham.
“Te-terima kasih.” Balasku dengan nada bodoh. Aku berusaha tersenyum semanis mungkin walaupun pahit sekali rasanya.
“Dia siapa? Keren sekalii!” Celetuk seorang perempuan dengan nada perlahan. Wajahku memanas. Aku langsung berlari ke arah toilet siswi.
“Dia siapa katamu?!” Jeritku. Sesampainya di depan pintu toilet, memutar kenopnya. Saat badanku sudah masuk sepenuhnya. Seorang wanita melirikku lalu memekik.
“Ada laki-laki!” Jeritnya sambil menutupi badannya dengan baju. Aku membelalakkan mataku diikuti dengan tanganku yang menutup pintunya.
“Ehh?!” Pekikku. Seluruh siswi melirikku. Ekspresi mereka bermacam-macam saat melihatku memasuki kamar mandi.
“HENTAI!” Pekik seorang dari mereka lagi. Wajahnya merah padam dengan wajah ngeri. Aku memasang tampang bodoh sambil berjalan mundur. Beberapa anak siswi menghiraukanku dan memakai bajunya.
“Eeh… Kalian salah paham aku…”
Aku ini perempuan!!’ Batinku. Ntah kenapa aku tak bisa mengucapkan kata ini.
“Kurang hajar! Dia harus diberi pelajaran!” Potong seorang siswi. Seluruh siswi mengambil seluruh perlengkapannya (ex: Handuk kecil, tas, dll…) lalu mereka saling bertatapan. Aku mengeluarkan keringat sebesar biji jagung sambil terus berjalan mundur dengan tampang ngeri. Tak terasa, diriku terpentok pintu.
“Semuanya, siap-siap!!” Lanjutnya. Dia memberi aba-aba sambil tersenyum sinis. Keringatku semakin banyak.
“A, aku bisa menjelaskannya…” Suaraku hampir tak terdengar saking paniknya. Aku mencoba memutarkan kenop pintu, tapi anehnya kenop itu jadi licin sekali.
“1…”
“A… Anu..” Wajahku semakin panik. Aku terus mencoba memutar kenop tersebut. Tapi anehnya malah jadi semakin licin.
“..2..” Aku hampir ingin berteriak karena frustasi.
“3..” Mata mereka mengkilap saat aku berhasil memutar kenopnya.
Ceklek!
“Yatta!” Seruku. Suasana semakin memanas. Aku membuka pintu lebar-lebar.
“Seraaaaanggg~!” Dengan kompak, seluruh siswi bergerak maju dengan cepat. Wajahku memucat. Refleks aku berlari secepat mungkin.
“Aaaaaa!!!”

Skip

Aku berjalan sempoyongan. Mataku berputar-putar dengan wajah pucat pasi. Jika seseorang melihatku sekarang, dia pasti akan kesulitan membandingkanku dengan mayat hidup.
“Kukira aku akan mati…” Ujarku. Dadaku berpacu tak karuan. Rasanya seperti habis menunggu ujian kelulusan yang masih random keputusannya. Aku teringat wajah bodohku saat aku membuka kacamataku, mereka hanya berlari melewatiku seperti tikus yang kelaparan.
Oh ya… Sekarangkan masih pagi. Kenapa mereka sudah berganti baju?’ Batinku. Aku menggelengkan kepalaku.
“Ahh.. Kenapa aku malah memikirkan hal tak penting seperti itu?!”
“Tenang Nia, tenang…” Seruku untuk menyemangati diriku sendiri sambil berusaha untuk mengontrol jalanku. Aku menghela nafas panjang diiringi dengan jalanku yang sempoyongan. Pada saat bersamaan, sebuah cermin terlintas di sampingku. Aku menoleh, melihat pantulan diriku yang ada pada cermin.
Later…
Aku menganga, tak percaya dengan apa yang kulihat sekarang ini.
 “Arrrghhhh!!! MIAAAAA!!!” Jeritku sambil membanting topi yang sedang kupakai.
‘Oh tuhan… Seharusnya aku tidak usah menuruti keinginannya!.” Jeritku dalam batin. Aku terus meneriaki nama Mia. Aku kembali mengatur nafasku.
“…” Aku kembali menatap pantulan diriku yang ada pada cermin, mengamati setiap anggota tubuh yang ada pada pantulan cermin itu. Wajahku memanas.
“Eh, tunggu! Aku tidak boleh tertarik pada diriku sendiri!!” Seruku. Aku mengacak-acak rambutku.
“Untunglah aku tidak memakai benda ‘konyol’ itu. Mau ditaruh dimana mukaku?” Celotehku tidak jelas.
“Ini salahmu Mia, salahmu!!!” Seruku.  Aku langsung mencari kelasku dengan wajah memanas. Di benakku, kembali terlintas kejadian sore kemarin.

-Flashback-
“Surat ini akan menjadi kenangan TERINDAH yang pernah kudapatkan. Huahahaha!!” Tawaku dengan suara menyeramkan. Aku meremas-remas, menginjak-injak, melempar-lempar, memukul-mukuli, lalu membuang surat itu seolah surat itu adalah Mia.
Rrrr… Rrr… Rrr…
“Tumben sekali ada yang mengsmsku di sore hari.” Ucapku perlahan. Aku membuka sms yang baru datang tsb.
 (Sedang membaca sms)
5 detik kemudian…
Wuzzzzz!!!

Api death glare membara di sekelilingku. Aku membalas sms itu lalu menaruh handphoneku. Isi dari sms itu adalah ini:

Besok kenakan pakaian serba hitam! Akupun juga akan mengenakan pakaian itu. Oh ya, jangan lupa memakai topi. Dan jangan berfikir kalau aku ini peduli padamu!
-Mia
Balasanku:
Oh. Baik! Tapi jangan ingkari perkataanmu!
-FLASHBACK END-
Pada akhirnya, aku menuruti keinginannya.’ Sesalku dalam batinku. Aku menghela nafas lalu memasang kembali kacamataku.
Braak!
“Aaa-  Kau benar-benar melakukannya.” Celetuk Mia saat sambil menatapku. Aku mencoba mengatur nafasku dan tetap memegangi sisi pintu kelas. Aku membelalak.
“Miiiiiaaaa…” Aku meninggikan nada suaraku, namun tetap terdengar tenang walaupun sedikit memekakan telinga. Aku mengarahkan tatapan menyeramkan kepadanya(tapi tak terlihat, tentu saja). Aku berjalan ke arahnya. Anak-anak yang ada di sekitar Mia berlarian bersamaan dengan langkahku yang semakin dekat ke arahnya.
“Apa-apaan kau ini hah?! Beraninya kau mengerjaiku!” Seruku sembari menggebrak meja. Mia tersenyum menyerigai.
“Jangan bilang kalau kau membawa benda pemberianku?” Tanya Mia dengan nada mengejek(di telinga Nia, padahal nadanya biasa saja.) Wajahku memerah.
“Yang benar saja! Mana mungkin aku membawa benda konyol itu!” Seruku. Mia membelalak.
“Apa? Kau tidak menyukainya?” Balas Mia tak mau kalah sambil menegakkan badannya. Ntah kenapa, aku langsung merasa bersalah di buatnya.
“Bukan-bukan… Aku…” Ucapanku terpotong dengan tawaannya. Aku mengerutkan alisku.
“Haah?”
“Seharusnya kamu menyukainya.” Ejeknya. Aku semakin bingung di buatnya.
“Ne… Kenapa ‘kau’ menjadi ‘kamu’?” Mia tersenyum. Ia menepuk-nepuk pundakku.
“Itu hadiah ultahmu bodooh~” Kata Mia. Aku menaruh tasku lalu meliriknya.
“Ha-di-ah?” Tanyaku dengan wajah polos. Mia mengangguk penuh kegembiraan.
Teeet…Teet…
“Aku akan melanjutkannya di jam istirahat nanti.” Aku mengangguk namun tetap kebingungan.
Tumben dia baik sekali padaku.’ Batinku.
Skip
Jam Istirahat…
Aku memakan bekalku sendirian di taman sekolah. Aku menengadah kemudian menghela nafas.
‘Oh iya. Aku lupa menanyakan soal ‘kenapa-mama-tidak-ada-di-rumah-kemarin’.’ Batinku sambil menggoyang-goyangkan kedua kakiku.. Tanpa kusadari, Mia sudah ada di sampingku. Aku berpura-pura tidak menyadarinya sambil mengambil sesendok nasi dari kotak bekalku. Saat aku hendak memakannya, Mia malah memakannya.
“Hey! Kenapa kau lakukan itu?!” Seruku. Mia menghiraukanku sambil terus mengunyah makanan yang ada di mulutnya. Aku mendiaminya sampai makanan yang ada di mulutnya habis. Ia duduk di tempat dudukku dengan jarang kira-kira 3 jengkal. Aku menghiraukannya sambil terus memakan bekalku.
 “Hey.”
“Nani?” Balasku. Aku meminum air yang kubawa.
“Kenapa tadi kau tidak menungguku? Tadi aku bilang padamu bukan kalau aku akan melanjutkannya?” Ungkap Mia dengan tampang polosnya. Aku langsung tersedak mendengar perkataannya.
“A.. Apa aku tidak salah dengar?” Desisku. Mia menatapku tajam.
“Mau ku lanjutkan atau tidak?” Aku pura-pura tak mendengarnya. Mia mendesis.
“Ternyata kau tidak mau tau lanjutannya ya..” Aku tatap mendiaminya. Mia menatap lurus ke depan dan menggoyang-goyangkan kakinya.
“Tau tidak? Aku mendapatkan benda itu dari lokerku loh!” Aku tetap tak menghiraukannya. Mia mulai tersenyum sinis.
“Tapi nama penerimanya bertuliskan ‘Nia’.
JDEER!
Death glare mengelilingi sekelilingku. Mia yang menyadari itu langsung menjauh 3 jengkal.
“Makanya aku ingin memberitahukannya kepadamu agar kau tidak salah paham..” Aku mengarahkan tatapan mematikanku kepadanya. Ia melemparkan senyuman semanis mungkin yang berhasil membuatku merasa mual.
Note : tapi untuk mengejeknya XP
“Tetapi kejadian seperti ini tidaklah langka loh!” Lanjutnya. Ia kembali menggoyangkan kakinya.
“Maksudmu?” Aku menunggu jawabannya sambil menyendokkan sesuap nasi terakhir yang ada di bekalku.
“Ingat saat kita satu sekolah dulu?.” Senyuman Mia kembali melebar. Aku membelalak.
“Apa?!” Seruku. Aku menaruh kotak bekal di sampingku lalu membangkitkan diri dari dudukku.
“Pantas saja lokerku selalu kosong saat kita satu kelas!” Seruku. Ia menatapku sinis lalu membangkitkan dirinya.
“Kau menuduhku?” Balas Mia tak mau kalah.
“Siapa bilang aku menuduhmu?” Elakku.
“Lalu kenapa kau menyalahkanku soal lokermu?” Serunya kembali.  Aku merengut.
“Sudah kubilang aku tidak menuduhmu!” Elakku kembali. Dia menepuk pundakku.
“Ya ya ya… Terserah. Jangan tersinggungnya, nona iri.” Kata Mia kemudian berjalan memunggungiku. Aku menatapnya sinis. Langkahnya terhenti. Ia membalikkan badannya ke arahku.
“Oh ya, semoga ‘beruntung’.” Ejek Mia dengan wajah gembira. Aku menggeram lalu  membereskan kotak makanku.
Teeet… Teeeettt… Teeett…
Bel masuk telah berbunyi di ikuti dengan langkahku yang menjauh pergi dari tempat itu.
Pulang sekolah.
Aku memutar kunci lokerku. Suara puluhan surat jatuh dari dalamnya. Beberapa anak memerhatikanku. Aku menghela nafas.
Tap.. Tap..
Suara langkah kaki datang menghampiri loker yang ada di belakangku. Aku melirik ke belakang. Terlihat setumpuk surat (juga) berjatuhan dari dalam lokernya. Aku menatapnya sinis. Mia yang sadar telah di perhatikan, mengambil surat-surat itu dan menghampiriku.
“Kenapa? Kau iri dengan benda ‘ini’?” Cetusnya sambil melempar surat-surat itu kepadaku. Aku membelalak.
“Hmm, ada apa?” Mia meninggikan nada suaranya. Aku menunduk sembari menggigit bibir bawahku yang bergetar. Aku mencoba menatapnya. Dia memasang wajah kebingungan.
“…” Aku terdiam cukup lama. Mia memegang lengan atasku dan saat itu pula, aku refleks mendorongnya. Mia menatapku tajam, aku mencoba untuk membalasnya.
“A.. apa masalahmu?!” Seruku walaupun nada suaraku sedikit bergetar. Orang yang berada di dekat situ memperhatikan kami. Terdengar helaan nafasnya yang ia lakukan dengan paksa. Ia menatapku sinis.
“Ch.” Ia mengambil tumpukan suratnya dan memasukkannya ke dalam , begitu pula denganku. Ia berjalan melewatiku tanpa meminta maaf. Mataku terasa berat. Tiga orang siswi menghampiriku.
“Kouhei-san, baizougu?” Kata seorang dari mereka. Aku menggangguk pelan.
“Hm… atashi.. boizougu desu. Arigatou gozaimasu.” Ujarku pelan. Mereka tersenyum lalu membubarkan diri. Aku  menghela nafas panjang dan mengambil langkah pergi.
Kenapa dia bertingkah seperti itu?’

To Be Continued..
REVIEW-
 Nia      : “Mia…”
Mia      : (Berjalan melewati Nia)
??         : “Jangan terlalu formal..”
Nia       : (berdebar kencang)
Sensei  : “Gomenasai.”
Nia       : (bergidik ngeri)
Mia      : (Menatapi Nia)        

***
Note : Gomen Ne… Aku terlambat. Banyak banget urusan yang aku harus kerjain sampai-sampai blog ini ga ke urus >:(. Di tambah lagi, pulsa modem selalu terlambat di isi sama papa jadinya begini… Gomenn…
Oh ya, mulai episode ini, aku akan ngasih review untuk lanjutan ke depannya ^^, plus TEASTER yang akan ku post setelah ini. Maaf ya, aku terlambat banget T_T Oh ya, kalau di pikir-pikir, kira-kira cerita itu udh dari tahun berapa ya?? Hehehe..
Bagi yang penasaran sama lanjutannya… insyaallah klo pulsa modemnya udh terisi lagi,aku bakal secepatnya mengpost lgi ^^
Makasih banyakkk bagi yang udh nungguin kelanjutannya…



Tuesday, August 5, 2014

Papa no Iukoto wo Kikinasai Episode 2


Judul      : Papa no iukoto wo kikinasai
Episode : 2
Genre    : Comedy, Romance, Slice Of Live
Rate      : PG-13

     Synopsis - Yuri Meminta Yuuta untuk menemani ketiga anaknya setelah Yuuta sampai di rumahnya. Yuuta yang mengetahuinya langsung menolak mentah-mentah. Tetapi saat ketiga anaknya menjelaskan bahwa mereka sangat ingin kedua orangtuanya berbulan madu, Yuuta menurutinya.


        Akibat Ulah Anak kedua dari keluarga ini, Suami Yuri tidak mengenali Yuuta saat Yuuta terbangun~


     Ehem... Ternyata terjadi sesuatu pada Shougo-san dan Yuri-san di perjalanan mereka menuju tempat yg mereka tuju. Lalu, bagaimana nasib anak mereka? Bisakah Yuuta menjaga mereka?




     Keisengan Miu muncul lagi di akhir cerita yang membuat Sora jengkel, Hemmm~ kira-kira apa ya yang Miu tanyakan? ^w^


Penasaran??
DOWNLOAD HERE

Friday, March 28, 2014

Papa No Iukoto wo Kikinasai Episode 1



Judul     : Papa no iukoto wo Kikinasai    
Episode : 1
Genre    : comedy, Slice of live, Romance
Ranting : PG-13

 
      Synopsis - Segawa Yuuta adalah seorang mahasiswa di Univertas Tama yang tinggal seorang diri di sebuah rumah susun yang ia sewa. Saat dia tengah lengah, ia dibawa oleh seorang pengurus club SS (Sightseeing Club) yang mesum ke ruangannya.


      Ia tuduh melakukan perbuatan mesum dan paksa utk bertanggung jawab atas perbuatan mesumnya kepada seorang senior yang bernama Oda Raika.

 Di lain cerita, kakak perempuan Yuuta sedang melakukan kejutan untuk suaminya bersama dengan anak-anaknya..


Kembali lagi kepada Yuuta. Ia telah mengetahui kebenaran bahwa sebenarnya ia tidak melakukan apa-apa kepada kakak seniornya. Tapi Yuuta merasakan sesuatu yang aneh, sepertinya benih-benih cinta sudah tumbuh >///< .

Lalu, Kakak Yuuta, Takanashi Yuri meminta Yuuta untuk berkunjung ke rumahnya.


Untuk kisah lebih lanjut,  Silahkan klik Download pada opsi yang sudah di sediakan ^^
A/N : Subtittle ini Indonesia ^^ Mohon tinggalkan komentar jika ada link yang rusak. Arigatou gozaimasu :)

Tambahan : Screen Shoot 

Yuuta dan Oda Raika


Takanashi Hina meniup terompet




Download Link :

Wednesday, March 5, 2014

Papa No Iukoto wo Kikinasai! download FULL

Konbanwa minna-san~
Berjumpa lagi dengan pemilik  blogspot yg agak sedikit absurd ini :3

        Sesuai dengan judulnya, aku akan mengshare link download Papa no iukoto wo Kikinasai (パパのいうことを聞きなさい! atau dalam inggrisnya disebut juga dengan Listen to me girls, I am your father!
Emang agak aneh sih judulnya, tapi ceritanya ga seaneh judulnya ko :D

Yosh, kita langsung ke TKP aja~ 


Judul              : Papa No Iukoto O Kikinasai!
Jumlah Eps    : 12
Status             : Tamat
Genre             : Comedy, Romance, Slice of live
Ranting          : PG-13 (untuk anak remaja 13 tahun atau diatasnya)
Durasi            : 23 menit per episodenya
Credits           : AIAsubs

Sinopsis :  
     Segawa Yuta adalah seorang mahasiswa. Dia kehilangan orang tuanya ketika ia masih kecil dan dibesarkan oleh kakaknya yang bernama Yuri. Yuta telah hidup sendiri sejak Yuri menikah dengan seorang pria paruh baya saat Yuta menduduki bangku SMP.

   Suatu hari, Yuri mengunjungi apartemen Yuta dan memintanya untuk mengurus ketiga putrinya sementara Yuri dan suaminya berjalan-jalan. Dia enggan menerimanya tapi terlambat, pesawat yang Yuri dan suaminya naiki mengalami sebuah kecelakaan. Untuk mencegah pengadopsian secara terpisah dari para saudaranya, Yuta memutuskan untuk mengurusi ketiga anak kakaknya tsb.


  Akhirnya, Yuta dan ketiga anak kakaknya tinggal di sebuah apartermen kecil yang Yuta tinggali. Sejak saat itu, kehidupan aneh Yuta pun dimulai...


Nah, kalau kalian tertarik untuk mengikuti kehidupan si 'Yuta' ini. Please, take a look ^^

Oh ya, cara mendownloadnya, langsung klik tulisan 480p atau 720p nya langsung. Saat muncul link download di SHARE BEAST, klik tulisan Download hijau di kanan tengah. Jangan lupa hilangkan tanda centang yang ada di bawahnya.

A/N : Kalau internet kalian lola a.k.a lambat, silahkan pilih yang 480p, arigatou gozaimasu ^^
  • Papa no iukoto o kikinasai 1 - 480p , 720p
  • Papa no iukoto o kikinasai 2 - 480p720p
  • Papa no iukoto o kikinasai 3 - 480p , 720p
  • Papa no iukoto o kikinasai 4 - 480p720p
  • Papa no iukoto o kikinasai 5 - 480p , 720p
  • Papa no iukoto o kikinasai 6 - 480p , 720p
  • Papa no iukoto o kikinasai 7 - 480p , 720p
  • Papa no iukoto o kikinasai 8  - 480p , 720p
  • Papa no iukoto o kikinasai 9  -  480p , 720p
  • Papa no iukoto o kikinasai 10 - 480p , 720p
  • Papa no iukoto o kikinasai 11 - 480p , 720p
  • Papa no iukoto o kikinasai 12 - 480p , 720p  
  •  
    ATAU
bagi yang engga pengen cepet-cepet tau isinya, nanti akan aku Share deskripsinya, tapi gak semuanya aku ceritain ^^

Oh ya, aku hampir lupa. Bagi yang suka sama lagu opening sama Endingnya, kalian bisa download disini :

Ini Subtittlenya Indonesia, jadi tenang aja ^^
I Hope you enjoy it ~  

Oke, sekian~

Thursday, November 14, 2013

Tentang tampilan baru blog ini

     Konbanwa, minna-san

 Bagi yang udah pernah ke blog ini, pasti taukan blog ini kayak gimana? 
Seperti blog lainnya, blog ini juga mengalami perubahan drastis . Tebak di bagian mananya?  Coba tebak. Dari segi Template?  Apaa? Yuppp, betulll~ Widgetku bertambah *abaikan* . 

  Semoga widget-widget ini bisa menarik perhatian kalian kalian(?) yang ada disana*Amiinn* Mohon kerja samanya yaaaBubaaay~  eeh... salah arah  Dahh~


Sunday, December 2, 2012

Ai wa amaidesu ( 愛は甘いで)


PROLOG
Saat pertama kali airin sekolah, ia selalu di bully oleh teman temannya. Karena airin tak tahan dengan sikap teman-temannya itu, akhirnya dia menjauhi teman temannya. Di stiap jam istirahat,dia selalu memakan bekalnya sendirian. Dia baru menyadari bahwa ada murid yang bernasib sama dengannya.... 


 CERITA I:
          PERTEMUAN PERTAMA

Hallo! Aku Airin . Aku murid kelas X. Sekolah seika-high school itu benar benar menyebalkan! Aku sudah memohon kepada kedua orang tuaku untuk memindahkanku ke sekolah yang lain. Tapi, mereka melarangku. Mungkin karena aku tidak usah mengeluarkan biaya. Karena, aku bisa bersekolah disini karena biasiswa dari sekolah lamaku. Ditambah lagi,Aku adalah murid yang paling sering di Bully! Menyebalkan sekali!! Belakangan ini, aku selalu melihat anak yang selalu menyendiri.

    Aku melihat keArah anak yang duduk di pojokan sambil menopang dagunya.
Aku benar-benar penasaran dengan anak ini, kenapa dia menyendiri? pasti ada menyebabnya. Kataku dalam hati.

"Bu Tania datang!!" Teriak ketua kelas kami, Rita.Semua kelas langsung menjadi sunyi dan semua murid buru-buru duduk di tempatnya masing masing. Ketua kelas kami menyiapkan kelas dan duduk rapih.

    "Baiklah..Kumpulkan PR kalian" Kata Bu Tania. Seperti biasa,jika ada guru yang berkata seperti itu,pasti akan ada banyak murid yang dihukum.  

  "Kalian ini bagaimana sih!! Padahal Ibu Sudah kasih waktu 1 minggu!! Apa kalian ingat 'KAPAN IBU MEMBERIKAN PR INI??" Tanya bu Tania kepada seluruh kelas sambil melotot ke arah anak-anak yang di hukum. Murid yang melihat itupun langsung ketakutan.

  "Senin yang lalu bu." Jawab seluruh murid serempak.

  "Dan sekarang hari apa??" Tanya bu Tania.

  "Senin Bu." kata mereka serempak.

  "Berarti, Berapa hari ibu memberikan kalian waktu itu mengerjakan PR??" Tanya bu Tania lagi.

"1 Minggu Bu." Jawab mereka serempak.

"Lalu kenapa kalian tidak memanfaatkan waktu yang berharga itu untuk mengerjakan tugas!?" kata bu Tania dengan nada tinggi kepada anak-anak yang berdiri di depan kelas.

"Lupa bu...."
"Kalian ini! kenapa kalian melakukan kesalahan yang sama berkali-kali? Padahal ibu sudah memberi waktu untuk mengerjakan pr dalam jangka panjang!" Suasana kelas pun berubah menjadi sunyi. Bu Tania menghela nafas panjang sambil menggelengkan kepalanya.

"Ibu tidak mau tau, Pokoknya kalian harus berdiri di luar kelas sampai jam istirahat dengan mengangkat 1 kaki!" Kata bu tania .Dengan lemas anak-anak nakal itu pun berdiri di depan kelas dan
mengangkat kaki 1. 

"Kalian harus mengangkat kaki kalian sampai jam istirahat!! Jika ada yang tidak mengangkat kakinya, ibu akan memberi kalian hadiah. KALIAN TIDAK BOLEH IKUT PELAJARAN SAMPAI PULANG!!!!" Kata bu tania.
   GLEK! Anak-anak nakal yang dihukum itu pun menelan ludah dan melaksanakan apa yang di perintahkan Bu Tania. Dari luar, terdengar percakapan antara dua orang.

Orang pertama: "Hey, kau jangan duduk! kata bu Tania kau harus tetap seperti ini."
Orang Kedua   : "Tidak apa apa, Lagipulakan Bu Tania tidak mengetahuinya."

Tanpa di sadari, ternyata bu Tania sudah ada di depan pintu sambil menghentakan kakinya kelantai berulang-ulang.
"Tadi ibu bilang apa hah?!" Kata bu Tania sambil melotot. Kedua anak bandel itupun langsung diam dan fokus pada pekerjaan mereka masing masing. Melihat kejadian itu, kami semua pun langsung tertawa pelan kemudian menahan tawanya karena takut di hukum oleh guru 'killer' kami ini.


TENG...TENG...TENG...


Semua murid pun langsung berhamburan ke luar kelas termasuk anak anak badung itu. Hampir seluruh anak di kelasku tertawa dan ada juga yang menahan tawanya lalu pergi ke kantin, Tapi aku tetap di kelas seperti biasanya. Anak-anak nakal itu merengut lalu berlalu. Lalu Aku pun menghampiri anak yang masih menopang dagunya itu.
"Hey, Siapa namamu? Kenapa kau tidak istirahat? dan kenapa kamu selalu menopang dagumu?" Kataku memulai pembicaran kemudian menjulurkan tanganku kepadanya.

   " Kamu sendiri kenapa gak istirahat bareng yang lain? Namaku Andi.Memangnya kenapa?" Katanya sambil tersenyum malas lalu memalingkan muka.

  "Huuu... Akukan hanya bertanya. Itu rahasia! Ya.. gak apa-apa sih, Akukan cuma mau tau." kataku. aku pun merengut ke arahnya dan memasang muka malas. Dia tidak menggubrissnya sama sekali. Bahkan, dia sama sekali tidak menoleh ke arahku.

"O,iya, Kamu masih belum jawab pertanyaanku ." Kataku menagih pertanyaanku yang belum ia jawab sama sekali.

"Pertanyaan apa?" Katanya dengan nada malas. Aku pun terlonjak dan memasang muka malas. Kemudian ia melirikku, lalu memasang muka ngeri karena melihat mukaku. Aku yang melihat itu pun sdikit bingung. Memangnya ada apa dengan mukaku??.Tanpa Ba-Bi-Bu lagi, aku pun langsung menarik tangannya.

"Ke Kantin yu! kamu bawa uangkan??" Kataku sambil berusaha membangkitkannya dari tempat duduknya yang seperti lem itu.

"Aku Bawa Bekel ko, Jadi, gak usah jajan lagi." Kata Andi dengan nada malas.

"Tapi, kamu bawa uangkan?" Kataku yang masih berusaha menariknya dari kursi ber'lem' itu. 

"Iya"  jawab Andi singkat. Sedangkan aku masih berusaha menariknya.

  "Arghhh!! Susahnya!! Hey! Ada apa dengan kursimu!? kenapa kamu susah sekali untuk bangun!?" Kataku yang masih kesusahan untuk membangunkan si anak malas ini dari kursinya. Andi pun bangkit dari kursinya sedangakan aku terpental.

 "Kamu ini gimana sih! Aku udah susah payah menarik kamu. Tapi kamu malah pentalin aku!" Teriakku yang berada 5cm lebih jauh dari dia.

 "Hahahaha.. maaf-maaf." kata Andi sambil menggaruk-garuk kepalanya.

 "Oh iya, tadi nama kamu siapa? Aku lupa?" Kata andi lagi dengan muka tidak bersalah.

 "Aku Airin. Masa bisa lupa secepat itu?!" kataku sdikit kaget.

"Hahahha.. Tadi, aku agak males jawabnya. Kamu bawa bekelkan? Makan bareng yu" Kata Andi.

"Boleh aja.. Udah lama aku gak pernah makan bekel bareng temen sekelas"

"Bagus! Kutunggu di kantin ya.. Daah" Kata Andi sambil bergegas ke kantin. Aku pun melihat ke arahnya yang sedang berlari ke kantin.

Aneh.. sepertinya ada yang janggal ya? apa dia meninggalkan sesuatu? . Aku pun melihat mejanya. Ternyata, bekalnya tertinggal!
Dasar.. padahal, dia yang mengajakku memakan bekal, Tapi, bekalnya sendiri tertinggal di kelas. Aku pun mengambil bekalnya lalu mengambil bekalku dan pergi ke kantin. Di kantin, Semua anak menatap ke arah Andi dengan muka ngeri. Aku pun berjalan ke meja Andi. Aku melihat anak-anak yang melihat ke arahnya itu seperti melihat monster buas yang akan memakan mereka 1 per 1.

Aneh sekali.. apa jangan-jangan Andi itu anak yang paling di takuti di sekolah ini? Menurutku dia tidak ada seram-seramnya. Kataku dalam hati sambil membanding-bandingkan Andi dengan monster buas . Setelah sampai di tempat dudukku dan Andi, Aku langsung berbisik kepadanya tentang apa yang baru saja aku lihat barusan.
"Tenanglah.. Itu hanya hal biasa.. Sekarang, kau tahukan kenapa aku selalu menyendiri dikelas??" Katanya. Lalu ia menghela nafas dan tersenyum simpul.

"Aku tidak akan paham jika kau tidak menjelaskannya secara detai!"Kataku setengah berteriak. Anak-anak yang ada di sekeliling kami menghiraukannya karena takut kepada A-N-D-I.

"Aku juga tidak paham dengamu." Katanya dengan nada datar kemudian duduk ke arah lain.

"Maksudmu?"

"Sudahlah... Kau tidak akan mengerti. Ini urusanku, bukan urusanmu.."

"Hhh.....!!!" Aku menggerutu disitu, sedangkan Andi tidak memperdulikannya sambil meminum Coca-cola yang ia pesan. Aku pun menghela nafas panjang.

"Baiklah! Aku kalah! Kita lewatkan pembicaraan yang tadi. Ini, Bekalmu tertinggal di kelas." kataku sambil menyerahkan bekalnya yang tertinggal di kelas.

"Ngomong-ngomong, Kotak bekalmu lucu juga ya" Kataku sambil menahan tawa dan melirik kotak bekalnya.

"Memangnya ada apa dengan kotak bekalku!?" Katanya dengan nada tinggi sambil menggebrak meja sekeras mungkin. Tak sengaja aku tertawa selepas mungkin.. Sampai-sampai, aku tidak bisa mengontrol tawaanku. Semua anak melirik ke arahku dengan bingung. Aku langsung menghentikan tawaanku pada saat aku sadar bahwa semua anak mendelik ke arahku. Aku langsung salah tingkah. Dan sekarang, giliran Andi-lah yang tertawa. Aku langsung merengut.

"Huh! CURANG! Kenapa kamu tidak di delik sama sekali dan di pandangi sepertiku!?" Pekikku.

"Salah sendiri kenapa menertawakanku?" Ejeknya lalu menjulurkan lidahnya. Aku mendengus kesal. lagi lagi aku yang kena batunya! Argh!! Aku benar benar kesal sekali! Lagi-lagi aku merengut kesal. Andi yang melihat itu hanya tersenyum.

"Sudahlah... yang tadi lewatkan saja... makan bekel yu, nanti mekar lho!" Kata Andi dengan nada lembut.

10 menit kemudian..

Suasana menjadi hening... Aku mendelik ke arah Andi, Kemudian andi melirik ke arahku... Lama kelamaan kami berpandangan... Ntah kenapa aku seperti ingin cepat-cepat pergi dari tempat itu. Mukaku memanas dan kemudian aku memalingkan mukaku. Andi langsung menuju ke kursiku.

Aku melihat Andi yang makin lama makin mendekat ke arahku. Mukaku makin memanas ketika ia sudah ada disampingku dan duduk di sampingku. Aku langsung memalingkan mukaku, Aku pun memberanikan diriku untuk memandanginya. Dia melihat mukaku yang memerah dengan bingung.

"Kenapa mukamu memerah??"

"I-itu bukan urusanmu!" kataku sedikit gugup. kemudian dia kembali ke tempat duduknya.

"Hmm.. Kurasa kau harus ke dokter"

"I-itu tidak perlu! Lagi pula,i....inikan hanya memerah di muka dan tidak bersifat sementara!" Kataku lalu memalingkan mukaku. Aku masih gugup berbicara di depannya. Aku pun menghela nafas panjang kemudian berbalik ke arahnya.
"Benarkah?? Aku hanya mengingatkanmu karena aku khawatir kau terkena Cacar, Dan yang paling kukhawatirkan aku takut kalau aku tertular nantinya" Katanya santai.

"Ma...Mana mungkin aku mengidap menyakit itu lagi?? Dulu, pada saat aku masih TK aku sudah pernah
terkena penyakit itu." Pekikku. Dia hanya tersenyum tipis.

Ini benar-benar aneh sekali... baru pertama kalinya... Aku.. Aku pun menggelengkan kepalaku.. Tenang Airin tenang... diakan hanya temanmu, bukan hantu ataupun monster. Kemudian, aku melirik ke arahnya, Ku lihat ia sedang meneguk Coca-colanya.

"Aku rasa, Coca-colamu itu tidak pernah habis ya?" Kataku lalu mengangkat alisku dan menutup mulutku karena ingin tertawa.
"Kau memasang muka jelek, kau tahu? "Katanya santai lalu mengambil sesuatu di kantongnya.

"Hey! itu tidak ada hubungannya dengan pertanyaanku! Kau ini aneh ya.. Mana mungkin 1 kaleng Coca-cola kecil bisa utuh dalam jangka panjang...padahal... kau telah meminumnya beberapa kali" Pekikku. Kemudian dia mengeluarkan sesuatu dalam kantongnya. Lalu dia menyerahkan 1 kaleng Coca-cola kepadaku.

"Nih! bilang saja kalau kau ingin itu juga kan?" Senyuman mengejek mengembang di bibirnya. Aku mendengus kesal. kemudian meneguk coca-colanya.

"Apa?! Mana mungkin aku menginginkan..."

"Sudahlah... apa kau mau aku mengambilnya kembali?" Ejeknya. Lalu tangannya menyambar ke arah coca-cola yang ada di tanganku.

"Tidak mau! wee" Balasku lalu menjulurkan lidahku. Dan tetap setia pada coca-cola yang ada di tanganku. Lalu aku membukanya dan meneguknya. Setelah memakan bekal dan meminum coca-cola. Aku merasa ingin ke belakang. Aku langsung bangkit dari tempat dudukku lalu beranjak pergi...

"Hey, kau ingin kemana?" Kata Andi tiba-tiba. Aku menghiraukannya. Aku berjalan cepat menuju ke toilet.

"Airin, Awas! Melangkahlah dengan hati-hati! dibelakangmu ada batu!" Teriak Andi dari kejauhan. Tapi terlambat, aku sudah tidak mendengar perkataannya lagi. Samar-samar terlihat Andi berusaha mengejarku. Aku kaget melihat Andi yang begitu cepat lari ke arahku. Akupun ketakutan ketika Andi hampir sampai ke dekatku. Aku mempercepat lariku. Aku pun tersandung begitu pula Andi yang sudah ada di depanku. Kami berpandangan sdikit lama.

"Posisi macam apa ini?"

"Kyaaa! Menjauhlah!! Kau bodoh!" Teriakku. Lalu aku mendorong Andi. Aku langsung berlari ke toilet. Selesai dari toilet, aku melihat ke kaca.

"Dasar Andi bodoh! sudah tahu aku sudah tak tahan! Dia malah menambahkannya.. BODOH!!" Teriakku kepada kaca yang ada di depanku. Lalu aku membereskan baju dan rambutku kemudian keluar dari toilet. Pada saat aku ingin ke kelas, ada seseorang yang memegang tanganku.

"Eh.... Umm... Airin." Katanya dengan gugup. Aku tidak begitu melihat mukanya. Ia menundukkan kepalanya. "Maaf ya soal yang.. tadi. Anu, ini...." Katanya dengan gugup. Dari logat suaranya aku sudah tahu kalau itu Andi. Aku mengangguk. Dia sama sekali dia menegakkan kepalanya. 

Oh iya... kan dia menunduk, pasti tak terlihat. Pekikku dalam hati.

"Tegakkanlah kepalamu." Kataku sambil tersenyum. Iapun menegakkan kepalanya. Aku benar-benar tidak percaya melihat mukanya yang memerah dan hampir ingin menangis.

Dia lebay juga ya. Kalau boleh jujur, mukanya manis juga untuk seorang laki-laki... Hehehe... Aku bahkan hampir tak mengenalnya. Aku menghela nafas panjang.

"Hahhh... Baiklah, aku memaafkanmu. Tapi, jangan lakukan lagi ya?" Kataku dengan hati-hati (Karena mukanya yang sekarang mirip dengan perempuan). Andi langsung mengelap matanya yang lembab.
"Benarkah? Terima kasih. Ya, Aku janji! Tapi, itukan kejadian yang tak di sengaja jadi..."

"Apa kau bilang?! Apa kau mau aku tak memaafkanmu?!"

"Akukan hanya bercanda... Ayolah.."

"Huh!"



.... 



"Airin, kau pulang dengan siapa?" Kata Andi tiba-tiba. Aku berfikir senejak.

Hening sesaat...

"Tidak dengan siapa-siapa." Kataku singkat. Lalu aku pergi meninggalkannya. Andi menahan tanganku.

"Bagaimana kalau kuantar?" Matanya menandakan kalau dia benar-benar serius ingin mengantarkanku. Matanya itu seperti sedang mempelototiku, Aku langsung berkeringat.

"Y...ya.." Kataku terbata-bata karena takut melihat mukanya itu.

"Bagus! Ayo!"Katanya seraya menjulurkan tangannya. Aku sedikit gugup melihat tangannya ada di depanku. "Tunggu apalagi? Ayo!" Kata Andi. Dengan cepat ia memegang 'telapak tanganku' lalu menarikku dengan paksa.

"Kyaa..!! Kau bodoh! Kalau tanganku panjang bagaimana?" Teriakku dengan kencang. Dia berhenti sejenak aku terdorong ke arah punggungnya.

"Aw.." rintihku pelan.

"Kenapa kita berhenti disini?" Tanyaku pelan. Tak sadar Andi 'menggiring'ku sampai ke ujung jalanan. Andi tidak mengucapkan apa-apa. Tak sengaja, Aku melihat sesuatu di ujung jalan sana. Banyak kerumunan orang-orang..

"Hey lihat, ada apa disana??" Andi menoleh ke arahku. Kemudian aku menunjuk tempat yang ku maksud.

"Bagaimana kalau kita kesana??"

"Itu tidak perlu. Lagipula, itu merepotkan kau tahu? Aku tidak suka melihat yang bukan urusanku" Kata Andi santai dengan wajah tidak bersalah sama sekali. Aku lesu melihat tingkah Andi yang amat menyebalkan ini. Karena aku benar-benar penasaran, aku langsung menarik tangan Andi yang bersender di tiang jalan. Aku pun berhenti.

Tempat yangku tuju sudah ada di depanku. Dengan susah payah aku berusaha masuk ke dalam kerumunan itu. Andi menyusulku. Aku terbelalak tidak percaya melihat korban kecelakaan itu. Semua badanku berubah menjadi lesu. Aku pun duduk di samping ayahku.

"A...Ayah.." Kataku pelan. Sedikit demi sedikit air mataku berjatuhan di pipiku. Aku benar-benar tidak percaya kalau ayahku akan wafat!

"Bodoh! Kenapa kalian hanya berdiri di sini? Dan kenapa kalian tidak menolong orang ini?" Kataku tiba-tiba. Semua melihatku dengan iba. Mereka hanya menaikkan bahunya. Tangisanku semakin menderas ketika melihat ayahku membuka matanya.

"A..Airin..."

"Ayah.. Bertahanlah! kita akan segera ke rumah sakit!" Kataku masih terisak-isak. Ayahku menggelengkan kepalanya.

"Ti.. tidak airin, ini adalah takdir. D..dan ayah harus menerima takdir ayah."

"Tidak ayah! Aku akan menahan takdir ini! Ayah harus tetap hidup! Demi aku dan ibu!" Teriakku sambil menangis. Ayahku menyentuh mukaku dengan lembut. Aku masih menangis kencang melihat ayahku yang sangat menderita. Ayahku menghela nafas panjang.

"A..Airin.. Dengarkan ayah. Kau harus tegar m...menerima... takdirmu karena Ayah sudah siap menerima takdir ini. Ayah tidak akan ada selamanya untuk ibu dan kamu." Kata ayahku pelan dengan nafas terengah-engah. Mataku bertambah lembab.

"A..Airin.. Ini pesan ayah. Kau harus menjadi anak yang baik untuk ibumu. J.. Jangan buat ia sa..sampai kecewa nantinya..." Ayahku tersenyum lemas. Tangisanku semakin menderas. Aku takut kalau aku benar-benar kehilangan ayahku.

"Airin... Apa k... Kau tidak mendengarkan ayah? Tolong, Jadilah anak yang baik ya?" Kata ayahku.
Lalu ayah memejamkan matanya untuk selama-lamanya. Aku menyentuh dada ayahku dan tangannya.

"Ti..tidak ada detak jantung dan denyut nadi..?" Kataku tidak percaya. Aku menangis kencang.

"Ayah!!" teriakku kepada ayahku. Orang-orang yang mengelilingi kami ikut menangis iba. Aku menggoyang-goyangkan badan ayahku. Andi duduk di sampingku sambil mengelus-ngelus kepalaku. Dia tak tega melihatku menangis sekeras itu. Aku melirik ke arah Andi dengan mata melembab. Lalu aku memeluknya dengan kencang. Mata Andi membulat dan mukanya memerah. Aku menangis dengan keras di baju Andi.

"A..Airin..?" Kata Andi dengan terbata-bata. Andi berusaha melepaskanku dari badannya. Aku mempererat pelukanku. Badan Andi langsung menjadi lesu. Dia tidak bisa berbuat apa-apa selain membiarkanku terus memeluk dirinya.



....

Keesokan harinya..

Aku menemui Andi di kelas. Andi tertidur lemas di mejanya.

"Ehmm... Andi, soal kemarin, terima kasih sekali ya. Kamu membiarkan aku menangis. Sampai-sampai bajumu basah. Hehehe..." Kataku gugup sambil berusaha memasang wajah semanis-manis mungkin. Andi mengangguk lemas lalu memalingkan wajahnya.

"Andi.. Kamu marah sama kejadian kemarin?" Kataku pelan. Andi menggeleng lemas.

"Lalu.. Kau kenapa?" Kataku pelan seraya memandanginya dengan muka iba. Andi memejamkan matanya. Mataku membulat.

"Aku belum sarapan..." Kata Andi dengan nada memelas. Aku pun terjatuh seperti ada yang menibanku.

"Hhh... Kau berlebihan.."  Aku menjitak kepala Andi. Andi hanya tertawa lalu ia
bangkit dari tempat duduknya. Tiba-tiba terdengar bunyi

Rrrr....! (bunyi perut). Aku cekikikan mendengar suara itu.

"Ahahahahaha... Bunyi apa itu??" Kataku sembari memegangi perutku.

"Ahahahha... Perutku sakit..Air mataku sampai keluar.. Ahahaha..." Andi hanya diam dengan muka memelas. Aku menghentikan tawaku dan mengelap mataku.

Huh! pake senjata! Pekikku dalam hati. Aku merengut sedangkan Andi hanya tersenyum kecil.

"Ehem... Ke kantin yu?" Tawarku kepada Andi. Andi mengangguk. Lalu dia memegang tanganku dan berlari cepat.

"Aaaaa.... Berhenti!!!" Teriakku sambil membetulkan rokku. Andi menghentikan larinya. Aku memegangi lututku dan mengatur nafasku. Biasanya, kalau lelah / sedang senang, jantungku berdetak kencang. Andi duduk di tempat biasanya dan meminum Coca-colanya.

"Coca-cola lagi... Coca-cola lagi..." Aku menggelengkan kepalaku lalu duduk di depannya ( Kursi kami berhadapan).

"Ada apa? Kau mau?" Kata Andi sambil menyerahkan sekaleng coca-cola.

"Ya sudah.." Kataku sedikit gugup.

"Haaah....jadi ingat waktu itu nih..." Kataku pelan.

"Tadi kau bilang apa?"

"Waaa!! Kau menguping ya!?" Terorku kepada Andi sambil menaruh telunjukku di depan mukanya. Andi menggelengkan kepalanya.

"Mana mungkin aku ingin menguping perkataan orang sepertimu?" Katanya dengan expresi muka tidak bersalah sama-sekali. Aku mengepalkan tanganku. Aku menghela nafas.

Tenang Airin tenang...kalau kau terpancing kau malah akan kalah! Aku tersenyum kepada Andi. Andi memiringkan kepalanya.

"Kau aneh ya... Beruntung aku tidak tertular sifatmu.." Katanya santai dihiasi dengan senyuman. Aku menatapnya sebal.

"Jangan pandang aku hanya dari jasmaninya saja! Belum tentu sifat asliku itu seperti itu!!" Kataku dengan cepat. Andi hanya bertepuk tangan.

"Wow! Hebat sekali! Tak kusangka orang sepertimu bisa berbicara bagus seperti itu." Ejeknya lalu meneguk coca-colanya. Aku menghela nafas panjang.

"Tentu saja..." Kataku santai. Aku menyender di kursi lalu menutup mataku. Aku menghela nafas panjang berkali-kali. Andi melihatku lalu mendekat ke arahku.

"Kamu benar-benar anak yang aneh ya... Apa kamu benar-benar sudah tak mengingat kejadian kemarin? Jadi... Sekarang kamu yatim?" Tanya Andi pelan. Aku membelalak. Nafasku berubah menjadi sesak.

"...." Aku menundukkan kepalaku. Aku mengingat kata-kata terakhir Ayahku. Tanpa kusadari, setitik air mata membasahi pipiku. Andi mendengar isakan kecil. Andi langsung memelukku.

"Sudahlah... Lupakan saja kejadian itu.. Maaf kalau aku membuatmu mengingat kejadian kemarin." Kata Andi dengan lembut. Tangisanku makin menderas mendengar perkataannya itu.

"Hwaaaaaaaa.....!!!!"


-To Be Continue


CDA (Comment Dari Author):

Hehehe... Gimana-gimana?? Sebenernya, cerita ini terinspirasi dari orang yang kusuka saat aku les, hehehe ^^ Tapi itu udah sekitar 9 bulan yang lalu *sigh. Dan sekarang aku udah gak begitu suka lagi sama dia. Hal yang kutakutkan gimana kalau aku gak terinspirasi lagi ._.? Tapi untungnya aku udah punya penggantinya, jadi mungkin dengan begini, aku bisa kembali 'terinspirasi' dari pengganti dia ^^

I Hope you like it~